Berikut ini, wawancara kami dengan sesepuh perpustakaan UGM, seorang pustakawan senior yang mengabdi selama 30 tahun di Perpustakaan UGM, Pak Supriyono. Pak Pri, begitu biasa dipanggil, merupakan sosok yang enerjik, ramah dan mudah bergaul. Bukan hanya kepada rekan sebayanya, namun juga kepada pustakawan junior. Sifat mudah bergaul inilah, yang membuatnya banyak teman dan merasa akrab.
Meski beliau pustakawan generasi awal, namun beliau tidak mau kalah dengan generasi muda. Dengan statusnya yang senior, beliau masih mau menempuh pendidikan jenjang S1 Ilmu Perpustakaan pada tahun 2005. Beliau juga mengelola blog pribadinya di http://prisekip.blog.ugm.ac.id/. Beberapa catatan hidupnya bisa kita temukan pada blog tersebut.
“Bekerja sebagai ladang ibadah” (klik di sini), salah satu posting terbaru Beliau. Beliau menekankan pemaknaan sejati pada pekerjaan (pustakawan). Pemaknaan itu akan mengantarkan kita pada berkah kemuliaan pekerjaan tersebut. Posting tersebut lengkap dengan kutipan landasan sakral pandangannya, Qs –Lukman (31) :34. Pada postingan lainnya, Beliau menggubah lirik lagu Mbak Surip “tak gendong” (silakan klik di sini) menjadi “tak baca”. Note: “tak” dalam hal ini buka berarti “tidak”, namun lebih dekat ke ungkapan Jawa yang berarti “melakukan”.
Berikut wawancara singkat kami dengan beliau, terkait kepustakawan di UGM.
———————————————————————–
Sejak kapan Bapak mengabdi menjadi pustakawan?
Ketika UGM membuka kesempatan rekrutmen pegawai peprustakaan, mencoba mengikuti tes CPNS dengan TMT 01021987 sebagai CPNS no UGM/1/KP/03/05 ditempatkan di Perpustakaan UGM. Baru tahun 1988 diangkat menjadi pustakawan no: UGM/58/kp/04/10
Pernah ditempatkan di bagian apa saja, Pak?
Pada tahun 1987 s/d 1989 ditempatkan di Sirkulasi
Pada tahun 1990 s/d 1994 ditempatkan di koleksi Cadangan
Pada tahun 1995 s/d 2004 ditempatkan di Sirkulasi
Pada tahun 2005 s/d 2009 ditempatkan jurnal
Pada tahun 2010 s/d 2012 penangung jawab unit III
Pada tahun 2013 s/d 2015 koleksi langka
Pada tahun 2016 s/d 2018 Koleksi Akademik (KKI)
Apa pengalaman Bapak yang paling menarik selama menjadi pustakawan?
Ada keluh kesah dan pengalaman yang menarik jadi pustakawan UGM, tentunya banyak, karena waktu yang begitu lama, namun ada beberapa yang bisa kami rangkum di dalam otak saya.
Ketika aku bekerja di perpustakaan aku hanya membawa kertas tebal sarjana muda namun bukan jurusan perpustakaan, pertama masuk sudah ditempatkan di bagian sirkulasi makin lama aku mencintai buku dan sering bertemu dengan pemustaka yang lebih muda, aku rasanya tertarik. Lama- lama kemudian aku ditawari untuk masuk pustakawan sama pimpinan, kemudin aku dikursuskan melalui pusdokinfo bersama pak Ida Fajar selama tiga bulan, disuruh membuat tugas tiap hari.
Kecintaanku terhadap perpustakaan makin lama membuatku semakin bersemangat mengembangkan dan belajar ilmu perpustakaan. Seperti terbang tanpa sayap :). Awalnya aku belajar ilmu perpustakaan pada tahun 1989, sungguh sangat mengasyikkan ketika perpustakaan sering mengadakan seminar tentang kepustakawanan, rasanya aku bisa menambahkan ilmu literasiku untuk bisa berkembang. Mengikuti worksop kepustakawanan, sungguh hal yang mengasyikkan, karena bisa bertemu sesama profesi dengan perguruan tinggi negri dan swasta, yang mengikuti pelatihan kepustakawan untuk menambah wawasan.
Pengalamanku jadi pustakawan pada waktu itu masih minim sekali padahal buku peprustakaan sudah banyak, baik yang tua maupun yang baru. Dengan keterbatasanku banyak hal yang terjadi berkaitan dengan kebutuhan informasi pengunjung, hal ini membuatku menjadi mempunyai rasa penasaran untuk menuntut seorang pustakawan menjadikan peran pustakawan bisa mewujudkan impiannya membantu pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Tahun berganti tahun, ilmu kepustakawan semakin berkembang, padahal umurku dimakan usia, aku cepat megambil keputusan untuk mengikuti kuliah lagi pada tahun 2005 untuk mengasah ilmu kepustakawanku agar lebih tajam disamping untuk meningkatkan profesiku menjadi pustakawan ahli.
Memang suka tidak suka, kita harus meningkatkan kreativitas, kerja hingga 21 tahun aku bekerja di perpustakaan tanpa keluh kesah, namun penuh kesenangan dan kebanggan. Jadi di perpustakaan itu tidak hanya melayani peminjaman buku, penelusuran, bimbingan ternyata masih banyak ilmu yag lain, pada hal ini sudah dilakukan bertahun – tahun tanpa mengenal waktu, tanpa mengenal batas usia untuk bisa membantu pemustaka sepuas mungkin. Dengan bergulirnya waktu aku bisa menyelesaikan tugas akhirku hingga selesai tahun 2007, bersama teman -teman seangkatan seperti Purwoko, Arif surachman, Gaib swasana, Suharti, Ega, Bagus Wijaya, Maryono dapat menyelesaikan dan mengikuti wisuda S1 di UIN. Rasanya plong hati kami tugasnya bisa selesai.
Namun akhirnya aku ditawari untuk melanjutkan lagi rasanya usia sudah tidak mencukupi lagi aku memutuskan tidak mau melanjutkan lagi. Pengalaman yang sangat singkat ini saya torehkan agar bisa membuka hati pustakawan yang lebih muda dengan keterbatasan dan kemampuan untuk bisa berjuang dan berkarya setinggi mungkin jangan berkeluh kesah untuk bisa menggali potensi diri, siapa tahu pustakawan akan lebih jaya dan jangan lupa berdoa kepada Tuhan agar kita diridhoi, dan semoga bermanfaat ilmunya.
Perpustakaan UGM, dari masa ke masa, menurut bapak perkembangannya bagaimana?
Sebagaimana peradapan manusia yang selalu berubah, berkembang, maka perpustakaanpun juga mengalami perubahan peradaban. Periodisasi perubahan perkembangan perpustakaan di UGM tidaklah sederhana. Perjalanan perkembangan perpustakaan UGM, mengalami perubahan yang sangat cepat mengikuti perkembangan Teknologi informasi.
Dulu Perpustakaan UGM gedungnya masih mengalami terpisah – pisah ada gedung Perpustakaan Unit I Bulaksumur digunakan untuk layanan Idis Word Bank Corner, American Corner, pengolahan dan perawatan bahan pustaka, ruang seminar, ruang belajar dan akses internet, serta kantor administrasi. Kemudian ada Gedung Unit II sekip yang digunakan untuk layanan sirkulasi, keanggotaan, Samporna Corner, Hatta Corner, ruang belajar dan akses internet. Ditambah Gedung Unit III Bulaksumur digunakan untuk layanan referensi, silang layan, terbitan berkala, koleksi tesis dan disertasi, karya ilmiah dosen dan akses internet. Setelah mengalami perbaikan gedung, perpustakaan mengalami perubahan drastis. Banyak kegiatan -kegiatan yang dilakukan oleh Peprustakaan banyak sekali memberikan jasa kepada pemakainya sampai saat ini, berupa sumber- sumber informasi dan panduan rujukan dalam penelitian hingga masa sekarang.
Dalam bidang layananpun banyak sekali dilakukan kegiatan layanan berbasis teknologi informasi, meningkatkan ketrampilan sumber daya manusia perpustakaan, meningkatkan kinerja petugas layanan, meningkatkan kegiatan sarana layanan dan fasilitas layanan, meningkatkan sosialisasi sumber-sumber informasi database jurnal. Maka setiap lembaga pendidikan harus dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan yang memadai untuk mewujudkan cita – cita masa yang akan datang. Segala sesuatu yang akan kita tuju harusnya dirancang agar bisa menempatkan pondasi karena perpustakaan sebagai baromater tingkat kesejahteraan masyarakat pemustaka. Seperti di negara – negara maju, bagaimana meningkatkan minat baca, bagaimana informasi sangatlah penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Bagaimana perpustakaan bisa dikembangkan, sehingga perkembangan informasi ini akan berkembang beriringan dengan teknologi informasinya. Dulu perpustaan diwarnai dengan koleksi manual tercetak, sekarang koleksi bisa dimuat di tablet dalam bentuk digital. Aksesnya dilakukan melalui internet berkat kebebasan akses di perpustakaan. Jadi perpustakaan masa depan ikut memberikan warna kehidupan di perpustakaan UGM karena memberikan kehidupan sumber belajar.
Pesan Bapak untuk pustakawan junior?
1. Ngluruk tanpo bolo
Sebagai pejuang literasi dan berkeliling duniapun tanpa membawa pasukan. Jangan yakin banyaknya jumlah membawa pasukan tapi yakin dengan pertolongan Allah SWT
2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa sayap
Sebagai pejuang literasi informasi pustakawan bergerak berjumpa dengan para pemustaka dari pemustaka satu ke pemustaka yang lain, berjumpa dari gedung ke gedung perpustakaan, pergi ke negri nun jauh walaupun tanpa sebab yang nampak
3. Metik tanpo Sutang/Meloncat tanpo kaki
Apabila pergi ke daerah yang sulit dijangkau untuk mengamalkan ilmunya niatnya untuk berjuang literasi ke seluruh negripun bukan untuk mencari harta tetapi mengamalkan ilmu litersinya
4. Rumangsa Handarbeni
Ikut rumangsa sebagai miliknya, jika sebagai peminpin diberi tugas, kita harus menjadi tanggung jawab tugas itu dan harus dilaksanakan sepenuh hati.
5.Mulat sarira hangsara wani
Merasa ikut memiliki, wajib membela, berani melihat diri sendiri.
6. Waspada pubo wiseso
Seorang pustakawan dituntut,untuk waspada artinya dapat melihat dengan jalan menguak tabir, setiap peristiwa yang ditelaah, dikaji, dimaknai, menjadikan tidak ragu-ragu, tidak takut mengambil keputusan. Waspada karena tajam penglihatannya, sehingga tahu sebelum terjadi sesuatu. Bijaksana, mengandung arti pandai,cakap, mahir, ahli, berpengalaman, cerdik sehingga merupakan pribadi yang memiliki kewibawaan untuk memimpin. Wasesa berarti keunggulan, kelebihan, atau kewibawaan disertai kekuasaan. Purba berarti mampu mengendalikan, jadi purba wisesa berarti mengendalikan semua keunggulan dan kekuasaan.
selesai