Bedah buku dilaksanakan di Ruang Teatrikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada hari Sabtu (12/12). Acara ini dihadiri tamu undangan, dosen, pustakawan, pemerhati perpustakaan, pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan sebagian besar mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Perpustakaan UGM mengirim Uminurida Suciati dan Purwoko untuk mengikuti acara ini.
Muhsin Kalida, M.A., seorang penulis, pegiat literasi, motivator, dan Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat DIY sebagai penulis buku Capacity Building Perpustakaan, hadir menjadi pembicara. Sementara, pembahasnya adalah Moh Mursyid, SIP., pustakawan Perpustakaan Emha Ainun Nadjib.
Berikut, beberapa catatan kami selama mengikuti bedah buku.
Perpustakaan hendaknya memiliki pemikiran yang mendasar untuk meningkatkan minat baca masyarakat secara umum, terutama anak-anak. Menghadirkan anak-anak ke perpustakaan di zaman teknologi seperti saat ini, tidaklah mudah, untuk itu perlu dimunculkan kiat-kiat untuk menarik minat datang ke perpustakaan, sebelum meningkatkan minat baca. Buku Capacity Building Perpustakaan berisikan penguatan perpustakaan di bidang networking dan fundraising, dengan dilengkapi model kegiatan kreatif untuk merangsang minat hadir ke perpustakaan.
Perpustakaan SD, SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi dana/anggaran sudah tersedia dari pemerintah, sedangkan perpustakaan Taman Bacaan Masyarakat dapat dikatakan minim anggaran. Harapan dari fundraising bagi perpustakaan adalah terpenuhinya dana operasional, sumber daya non dana dan dukungan/simpati.
Model kegiatan kreatif merupakan kegiatan besar yang bersifat gerakan untuk masyarakat umum. Misalnya seperti kegiatan launching bank buku, sudut baca, dan beberapa kegiatan yang terkait dengan buku, seperti cerita (mendongeng) dan beberapa aktifitas yang memiliki konsep “fun, play, and laughter”. Contoh lainnya bagaimana mengembangkan kreativitas untuk menarik minat anak-anak yaitu mewarnai, bermain puzzle, berdiskusi, teater anak dan My dream.
Narasumber berkeliling (blusukan) berkunjung ke berbagai Taman Bacaan Masyarakat di berbagai daerah Indonesia, maupun di perpustakaan di negara tetangga Malaysia, Thailand, dll. Pengalaman ini juga dituangkan dalam bab kisah Sehari bersama Datuk Lat (Malaysia). Melihat konteks yang melingkupi pengalaman di masyarakat, buku Capacity Building Perpustakaan lebih cocok untuk pengelola Taman Bacaan Masyarakat(TBM), namun tidak menutup kemungkinan pemerhati perpustakaan, pustakawan dan masyarakat umum untuk membaca buku tersebut.
Catatan tentang tata tulis buku ini adalah beberapa sitasi yang tidak dituliskan pada daftar pustakanya dan beberapa salah ketik. Contohnya pada halaman 4 sitasi Dwi Puji Astuti (2013); Sunanrno NS (2003) halaman 5, 8, 13; Andy Barnet (2002) halaman 13; Suparman (2007) halaman 21, 59; Tata Sudrajat halaman 58. Namun demikian buku ini dapat membantu pengelola TBM lebih kreatif dalam mengelola TBM agar tetap hidup, sebagaimana jargon publikasi bedah buku ini “JANGAN BIARKAN PERPUSTAKAAN ANDA MATI KARENA TIDAK PUNYA DANA”.
========
Meskipun buku ini lebih banyak membahas perpustakaan perpustakaan komunitas atau Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Namun konsep di dalamnya bisa digunakan untuk menganalisis pengembangan perpustakaan perguruan tinggi. Misalnya aspek fundraising, networking dan kegiatan kreatif. Ketiganya dapat dijadikan pokok-pokok pengembangan perpustakaan perguruan tinggi, tentunya ditambah beberapa hal lain seperti strategi pengembangan SDM. (Uminurida/Purwoko)
Semoga bermanfaat