oleh: Dewi Nurhastuti
- Bedah Buku: Bangga Menjadi Pustakawan
- Pembedah: Blasius Sudarsono danWiji suwarno, M.Hum
- Tempat: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 30 Desember 2015
Berkaca dari minimnya koleksi buku yang terbit dengan penulis dari profesi pustakawan memunculkan gagasan awal sehingga terbitlah buku yang berjudul “Bangga menjadi Pustakawan”. Penulis buku ini tergabung dalam komunitas jejaring media sosial Facebook yaitu Komunitas Menulis Pustakawan (KMP), dengan beberapa pengampu di antaranya M.Mursyid (Pustakawan Cak Nun), Noorika (Pustakawan PDII Lipi Bandung), pustakawan UIN Sunan Kalijaga.
Menjadi menarik ketika proses penulisan, penyusunan dan editing buku ini hanya dilakukan dalam waktu sekitar satu sampai dua bulan, dengan tanpa melakukan tatap muka secara verbal, baik antar penulis maupun antar penggagas KMP sendiri, dan sebagian baru dipertemukan dalam forum bedah buku tersebut.
Buku ini mengupas tentang dunia perpustakaan dengan segala asesoris dan predikat yang melekat pada perpustakaan maupun pustakawan sebagai sebuah profesi yang “mulia” akan tetapi orang masih “segan” untuk mengakui profesi tersebut dengan bangga. Maka dari cover buku digambarkan dengan tangan kiri yang menunjuk jari. Dalam terjemahan sederhana, menggunakan (pilihan) tangan kiri adalah karena profesi ini ada dan tapi pengakuannya masih belum setara dengan profesi lainnya. Sementara menggunakan tangan kiri tersebut juga menggambarkan bahwa yang sedang bekerja adalah otak kanan, otak untuk mengatur kreativitas dsb.
Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan yang sistemastis, informatif dan mudah dipahami orang lain memang butuh pembelajaran dan latihan serta keberanian yang harus dipupuk untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa setiap orang diberikan kemampuan meski pada level yang berbeda-beda, akan tetapi ada yang lebih penting lagi dari dari hal tersebut. Apakah hal terpenting itu? “Mulai”! itu adalah modal utama sebagai seorang penulis, terlebih lagi untuk pemula. Karena ide/gagasan ketika tidak dituangkan dalam bentuk verbal/tulisan maka akan ‘menguap’ ditimpa oleh gagasan/gagasan lain. Bahkan bisa terjadi gagasan yang pernah terpikirkan akan digunakan orang lain, dan begitu seterusnya.
Permasalahan yang dihadapai oleh penulis pemula umumnya adalah mengalihkan dari tulisan nonverbal ke bentuk formal. Akan tetapi bukan menjadi penghalang bagi pustakawan untuk terus belajar dan memperkaya diri dengan bahan-bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan, baik dalam bentuk cetak ataupun eresource yang dapat diakses dengan mudah.
Terbitnya buku Bangga Menjadi Pustakawan diharapkan dapat menjadi pelopor terbitnya buku-buku lain, sehingga memperkaya bahan referensi bidang perpustakaan dan kepustakawanan, dan selayaknyalah bila kita bangga menjadi pustakawan, HARUS!
Salam.
dewinur