LITERSI INFORMASI : Keberlangsungan dari sekolah Sampai Perguruan Tinggi
Seminar Nasional Dalam rangka Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta ke 52
6 April 2016 , Diselenggarakan UPT Perpustakaan UNY
Oleh Ahmad Djauzan
Seminar ini mengahdirkan dua orang narasumber ;
Pertama Hanna Chaterina George – Latuputty, S.S., M.I.Kom, membawakan makalah dengan tema Literasi Informasi Di Sekolah: Penerapan POLA LISA untuk Menyelesaikan Karya Ilmiah Siswa kelas 12
Narasumber pertama sebelum memaparkan apa, mengapa dan bagaimana Literasi Informasi di sekolah, mengajak audiens untuk membandingkan definisi perpustakaan yang lama definisi perpustakaan yang baru:
Definisi perpustakaan lama menitik-beratkan perpustakaan sebagai sebuah tempat yang berfungsi untuk menyimpan,mengolah, mengorganisir koleksi/buku sebagai sumber belajar bagi pemakainya, sedangkan definisi baru lebih menekankan perpustakaan sebagai sentral membaca, bertanya, meneliti, berfikir, berimajinasi dan beraktifitas yang mampu berkontribusi pada perkembangan pribadi, sosial dan budaya para penggunanya.
Dari definisi tersebut dapat dilihat pergeseran paradigma yang cukup jauh mengenai perpustakaan sedkaligus memberikan pemahaman bahwa kegiatan Literasi Informasi menjadi kegiatan yang mutlak dilaksanakan oleh lembaga perpustakaan.
Pemaparan Literasi Informasi (Melek Informasi) dimulai dengan mendefinisikan apa itu literasi informasi yaitu ; Seperangkat ketrampilan untuk memecahkan ataupun membuat keputusan, baik untuk kepentingan akademisi ataupun pribadi melalui proses pencarian, penemuan dan pemanfaatan informasi dari beragam sumber informasi serta mengkomunikasikan pengetahuan baru ini dengan efisien, efektif dan beretika.
Ketrampilan yang diperoleh dari siswa mencakup : ketrampilan membaca, ketrampilan menggunakan sumber informasi, ketrampilan memilih memilah dan memahami serta mampu mengambil intisari dari informasi yang diperoleh, ketrampilan Menulis (ketrampilan mengkomunikasikan pendapat/ilmu yang dimiliki melalui tulisan) dan ketrampilan menggunakan informasi secara beretika.
Adapun pola dan prosedur siswa dalam ber Literasi Informasi sebagai berikut:
Di akhir pemaparan Hanna Chaterina George – Latuputty, menyampaikan bebarapa catatan dalam penerepan Literasi Informasi,:
1. Keberhasilan literasi informasi sangat dipengaruhi oleh keberpihakan manajemen /kepala sekolah, adanya kolaborasi pustakawan dengan guru dan adanya strategi pendidikan literasi informasi, semisal mengadakan seminar, memperkenalkan pelajaran khusus aspek literasi informasi (pelatihan membaca ; skiming, scanning, speed reading), mengintegrasikan komponen literasi informasi dengan kurikulum( paling tidak dengan mata pelajaran tertentu)
2. Sekolah yang menerapkan kurikulum mandiri mempunyai kans lebih besar untuk berhasil.
3. Literasi Informasi menjadi sedemikian penting karena pola pemecahan masalah dan gaya belajar yang melekat pada siswa akan membentuk pribadi pembelajar seumur hidup.
Nara sumber ke dua Dhamma Gustiar Baskoro, S.S. M.Pd . Membawakan makalah Literasi Informasi : Aplikasinya Di Perguruan Tinggi
Narasumber memulai dengan pemaparan ciri khas pembelajaran di Perguruan Tinggi yakni pembelajaran yang ; mandiri, liberal, tempat belajar tidak dibatasi ruang kuliah, proaktif mahasiswa, literatur (perpustakaan) mempunyai andil yang besar. Idealnya mahasiswa adalah pribadi pembelajar mandiri sepanjang hayat, yang ditandai dengan kemampuan;
1. Mengidentifikasi batasan dan kebutuhan informasinya
2. Mencari informasi dengan efektif, reflektif , selektif dan evaluatif (pilihan informasi bukan pada tataran informasi salah benar tetapi memilih informasi terbaik dari yang baik)
3.Mampu memahami pengetahuan awal, informasi baru yang diperoleh dan kemampuan untuk menkonstruksi pengetahuan awal dan informasi yang didapat menjadi pengetahuan baru.
3. Mampu membentuk pengetahuan baru dan mengkomunikasikan secara legal dan etis
Akan tetap realitasnya tidak demikian, banyak indikasi yang menunjukkan hal tersebut. Nara sumber mecoba memetakan permasalahan yang ada, menunjukkan indikasinya dan mencoba meberi jalan keluar/solusi dengan Ketrampilan Literasi Informasi Yang Bisa Diajarkan, sebagaimana terlihat dalam diagram berikut :
Di akhir pemaparan narasumber menekan pentingnya kompetensi pustakawan dalam Literasi Informasi selain pentingnya kemampuan untuk berkomunikasi dan berjejaring.