Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Forum Pustakawan UGM
  • Home
  • Pengurus
    • Ketua FP dari waktu ke waktu
  • Untuk Anggota
    • Daftar Anggota
    • Jadwal Kegiatan
    • Ingin mengirim tulisan?
    • Duta FP UGM
  • Silakan ajukan !
    • Tema kegiatan
    • Pertanyaan untuk FAQ
  • Download
  • Kegiatan FP UGM

Memetakan pustakawan dalam menghadapi pensiun

Tulisan ringan Wednesday, 30 December 2015

Sumber: http://prisekip.blog.ugm.ac.id

hindar 1

Bila mulai pensiun,terjadi suasana pancaroba meliputi mendung stress dapat terlewat dengan selamat, mereka akan terhindar dari depresi. Tanda seseorang pustakawan pada umumnya adalah bisa menjadi pemurung, cepat tersinggung dan marah, agak agresif dan sensitive, pada pustakawan wanita, ada tanda – tanda depresi meliputi meningkatnya rasa lapar dan bertambahnya berat badan, rambut menipis berwarna putih, wajah keriput, pinggang menjadi gemuk, tenaga dan otot melemah, setiap pustakawan akan mengalami proses penuaan secara fisik, pustakawan yang sudah lansia perlu menunjukkan tetap aktif tidak menunjukkan dalam hal kemampuan mental, mereka sulit berkonsentrasi tidak bisa memahami lingkungan. hindar

Seorang pustakawan yang sudah lansia perlu mendengarkan lagu – lagu dengan suara yang sentimental menyalurkan lagu – lagu yang liriknya menyentuh hati. Ketika masih aktif bekerja sebelum pensiun hampir selalu menduduiki jabatan dalam sepanjang karier tanpa disadari jabatan itu melekat erat pada dirinya se – olah2 sulit di pisahkan jabatan itu, mengaggap jabatan itu merupakan dirinya. Padahal jabatan bukanlah begian dari hidup seseorang. Jabatan pustakawan hanyalah suatu pekerjaan dan kegiatan suatu pekerjaan pada saat kita masih aktif, ketika jabatan pustakawan hilang, habislah begitu saja, kenangnya masa lalu terasa menyakitkan bila dialami masa sekarang sangat jauh berbeda. Bagaimana memetakan pustakawan dalam menghadapi pensiun? Pustakawan hidup masa tua bukanlah sebuah rolet undian, sekarang tidak ada lagi kemudahan seperti ketika masih menjabat. Seorang Begawan pustakawan pernah mengatakan “ Setiap pustakawan adalah arsitek dirinya sendiri” Anda dulu pernah berhasil memutar otak keberuntungan, bisa kita masih memainkan peran seperti dulu. Saat kita melepaskan baju pustakawan pertama menjalankan pensiun ini merupakan waktu yang kritis dalam menghadapi pensiun, walaupun seseorang bisa melanjutkan atau berpindah dalam bidang profesi yang lain.yuli

Kalau kita tidak bisa mengatasi penyakit post power syndrome yang berlarut – larut kita mencari tahu cara mengatasi kesepian karena kita kehilangan status jabatan sebagai mantan pustakawan. Kalau seseorang pensiun pustakawan bisa mengatasi lobang jarum yang kecil sangat sensitive ini maka bisa mengatasi masa tuanya dengan lebih bersuka ria menjalani kehidupan ini dengan mendekatkan diri kepada Sang Kholiq, menjaga kesehatan fisik, mental, financial, mencari sumber – sumber dana secara kontinyu di tempat lain, mencari kegiatan – kegiatan sosial, mengasuh cucu, menjadi relawan. Tidak menjadi beban negara, mampu hidup mandiri, tentu hal ini tidak menjadi beban permasalahan yang lebih komplek dalam menangani permasalahan pustakawan yang pensiun. Oleh karena itu perlu merancang lebih dini persiapan menghadapi pensiun pustakawan secara mandiri. Sebagai mantan Pustakawan perlu membaca perubahan yang sangat dratis, untuk memaksa seorang mantan pustakawan membuat penyesuaian jalan lama yang mungkin tidak lagi di lalui dimasa sekarang.(Pri)

Tentang Seminar “Good Governance in Question Dalam Pengelolaan Perguruan Tinggi di Indonesia”

Berita Tuesday, 22 December 2015

image00

Senin pagi tepatnya 21 Desember 2015, diadakan seminar dan bedah buku dengan tema “Good Governance in Question dalam Pegelolaan Perpustakaan Tinggi di Indonesia” yang bertempat di Covention Hall Lantai 2 Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Seminar ini sekaligus juga bedah buku karangan Dr. Nurdin Laugu dengan judul “Representasi Kuasa Dalam Pengelolaan Perpustakaan“. Narasumber dalam seminar merupakan pakar dibidangnya, Drs. Ida Fajar Priyanto, MA, Ph.D., Dr. Nurdin Laugu, S.Ag., SS, MA., dan Ro’fah, MA., Ph.D., dengan moderator Wiji Suwarno, S.Ag., S.IP., M.IP.

Seminar dan bedah buku dengan tema “Good Governance in Question dalam Pegelolaan Perpustakaan Tinggi di Indonesia” dilatarbelakangi oleh kegelisahan penulis terhadap tingkat keberdayaan pustakawan terhadap penambahan dan peningkatan pelayanan terkait kemampuan yang ada dalam dirinya, agar bisa lebih dieksplorasi, sehingga dapat membangun perpustakaan ke arah yang lebih berdaya, dengan melakukan penelitian-penelitian perpustakaan sebagai upaya konstruksi kajian-kajian kritis/positivisme.

Pembicara pada acara seminar ini sekaligus pembedah buku, Drs. Ida Fajar Priyanto, MA, Ph.D. menyampaikan bahasan dalam buku tersebut lebih ke arah “koleksi centric”, serta tentang manajerial. Namun pada perkembangan perpustakaan di dunia sudah memasuki generasi 5, yaitu makerspace. Makerspace berarti  perpustakaan sebagai media untuk problem solving dan menciptakan karya. Misalnya mahasiswa dapat memperbaiki hp, laptop atau membuat rekayasa hardware dan aplikasi di perpustakaan. Dijelaskan juga perlunya pengembangan pustakawan ke arah peningkatan softskill, dimana kemampuan yang ditambah meliputi kemampuan melobi, personal branding dll. Tentang Makerspace, silakan buka klik dan klik.

Memberikan komentar merupakan pilihan pembicara kedua Ro’fah, MA., Ph.D. Beliau menyampaikan kegelisahan penulis tentang ketidakberdayaan posisi pustakawan terhadap konstestasi kuasa. Perpustakaan bukanlah sebuah entitas yang netral, apolitik dan bukan sesuatu yang tanpa ideologi. Perpustakaan merupakan bagian konstestasi kuasa dari aktor yang terlibat meliputi pimpinan perpustakaan, pimpinan lembaga yang membawahi perpustakaan dan pedagang buku. Perpustakaan juga sebagai situs ideologi di mana juga akan melahirkan sebuah mekanisme untuk mempertahankan, menggugat status quo atau memperoleh posisi yang dominan. Pustakawan juga harus menjadi aktor yang mempuyai politik stand atau posisi secara politis dalam mempengaruhi dalam kebijakan pengembangan perpustakaan. (BW)

Mengoptimalkan Peran Pustakawan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi (15/12/15)

Berita Tuesday, 22 December 2015

 

Acara dimulai pukul 09.00 WIB. Dimulai dengan selamat datang, doa dan pembukaan oleh pembawa acara. Acara dilanjutkan sambutan oleh Kepala Perpustakaan UGM, Dra. Nawang Purwanti, MLIS. Beliau menyampaikan terimakasih atas kehadiran peserta, dan berharap kegiatan forum dapat membawa manfaat pada kepustakawanan. Beliau juga menyampaikan terimakasih pada para pemantik diskusi.

Sambutan berikutnya, oleh Ketua Forum Pustakawan UGM 2015-2018. Ucapan terimakasih sekaligus permohonan dukungan dilontarkannya. FP tidak akan dapat berjalan tanpa dukungan anggota. Usulan dan keikutsertaan anggota menjadi kunci keberlangsungan forum.

Acara dilanjutkan dengan acara inti yang dipandu moderator, Purwoko. Purwoko mengawali dengan bertanya pada hadirin dari unsur mahasiswa tentang pandangan pada pustakawan dan perpustakaan. Dari dua peserta dari mahasiswa, menganggap perpustakaan UGM sudah nyaman dan membantu kebutuhan. Namun demikian, mahasiswa ketiga memiliki pengalaman menarik pada perpustakaan terkait komunitas. Perpusakaan yang memiliki komunitas yang mendukung pengembangan diri pemustaka sangat diharapkan.

Pemantik diskusi pertama, Agni Saha dari Pertanian UGM membuka sesi utama. Ada keidentikan perpustakaan dengan buku, jurnal, wifi dan juga tidur. Agni berharap perpusatkaan dapat mengkombinasikan wifi dan segala fasilitasnya + buku untuk memunculkan ide-ide baru. Mengelola perpustakaan bukan sekedar tempat pinjam dan kembali buku, namun juga memfasilitasi mahasiswa untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam bentuk komunitas atau displai karya, juga diharapkannya.

Kedua, disampaikan oleh Muhamad Kamal, Ph.D., dosen fakultas Geografi UGM yang menyelesaikan S2 dan doktoralnya di University of Quensland Australia. Pengalaman menarik di UQ, ada seorang pustakawan yang dianggap “dewa” yang dapat dijadikan tempat bertanya berbagai hal terkait akademik informasi. Misalnya, ketika ingin riset sebuah topik, apa saja yang harus dijalankan, buku apa yang dapat dibaca. Bahkan bagaimana pola hubungan antara mahasiswa dan dosen pembimbing (promotor), juga dapat ditanyakan. Pustakawan benar-benar membantu dalam proses akademik. Mereka juga pandai dalam pencarian informasi, dan jadi benteng terakhir jika tidak dapat menemukan informasi. Berbagai skill yang dianggap sederhana, membuat presentasi misalnya, juga dapat dijadikan layanan perpustakaan.

Berikutnya, Arif Surachman dari manajemen Perpustakaan UGM. Beliau mengidealkan perpustakaan UGM sebagai smart library yang menuntut kolaborasi berbagai pihak. Pustakawan yang mumpuni kemampuannya, plus dukungan dari dosen, mahasiswa dan staf lainnya. Potensi pasar perpustakaan UGM, sesungguhnya sangat besar. Limapulih ribuan mahasiswa, plus dosen dan staf tentunya menjadi fenomena menarik tersendiri jika disasar oleh perpustakaan.

Terakhir, Anastasia Tri Susiati dari FPPTI DIY. Beliau menutup sesi pemantik ini dengan gambaran berbagai hal yang dapat dilaksanakan di perpustakaan. Susi, membuka slide dengan kutipan menggunggah. Pengguna perpustakaan selalu mencari hal baru di perpustakaan. Hal baru inilah yang menarik bagi mereka. Maka kuncinya, buatlah hal baru di perpustakaan. Susi juga menyampaikan pengalamannya ketika melayani mahasiswa yang akan mengirim artikel ke jurnal internasional yang mensyaratkan Latex sebagai tools untuk menulisnya. Mereka lari ke perpustakaan dan berharap perpusakaan dapat menyelesaikan masalah mereka. Inti dari hal ini adalah kompetensi, dan pengalaman yang diperoleh dari membaca dan praktik. Jika pustakawan tidak tahu cara mengetahui apa itu Latex, pasti dia akan mengatakan “saya tidak bisa membantu”. Namun masalah tidak akan selesai. Pustakawan dituntun meningkatkan kompetensi.

Pada sesi diskusi, terdapat tiga penanya. Terkait perpustakaan digital, terkait layanan 24/7 dan terkait penyebaran jurnal. Menurut Kamal, perpustakaan digital bukan sekedar perpustakaan yang mengelola koleksi digital, namun koleksi digital yang dapat diperoleh oleh pemustaka dari berbagai cara. Cara inilah yang dapat dilayankan oleh perpustakaan.

Tentang 24/7, semua klop. Bahwa layanan ini bisa dimaknai dengan ruang. Namun di UGM ada ketentuan jam malam dengan berbagai pertimbangan, sehingga harus ada penyesuaian. Akses yang dapat dilakukan 24/7 juga dapat dimaknai sebagai layanan perpustakaan yang 24/7.

Terkait akses koleksi yang dilanggan, Arif Surachman menyampaikan bahwa ada 10% pemustaka yang belum tahu perpustakaan melanggan database. Hal ini memerlukan sinergi dari berbagai pihak agar semua pihak mengetahui dan mengaksesnya.

Berbagai perubahan di perpustakaan, tentunya akan meninggalkan ruang-ruang baru agar para penerus pengelola perpustakaan dapat membuat hal baru sebagai bentuk layanan perpustakaan. Mulai dari hal kecil: mempelajari cara mencari informasi, menggunakan berbagai perangkat lunak, kemudian mendampingi pemustaka untuk dapat menggunakannya. Untuk menarik pemustaka datang ke perpusakaan dan menggunakan layanan baru, dapat dilakukan dengan pendekatan pada dosen yang dirasa peduli pada perpustakaan, minta mahasiswanya datang ke perpustakaan untuk diberikan berbagai training. Jika hal ini berkelanjutan, maka bola salju kegiatan ini akan semakin besar.

Beberapa point ringkasan kegiatan ini:

  1. kompetensi dan komunikasi adalah kunci dalam pengembangan perpustakaan
  2. kegiatan perpustakaan bukan hanya pinjam dan kembali buku
  3. kerjasama dapat dilakukan dengan dosen, mahasiswa, staf lain serta pihak eksternal
  4. pendekatan pada dosen yang peduli perpustakaan perlu dilakukan. dosen tersebut akan berpengaruh pada mahasiswanya
  5. layanan perpustakaan dapat dipilah untuk memudahkan pemustaka. misal: layanan untuk mahasiswa, peneliti dan dosen
  6. selain koleksi perpustakaan, ada juga personal library mahasiswa. bagaimana mengelolanya?
  7. mahasiswa ingin sesuatu yang baru, pada layanan perpustakaan
  8. berbagai pelatihan yang dapat dilakukan di perpustakaan, bisa dimulai dari yang paling sederhana. Misalnya mengoperasikan aplikasi pengolah kata yang baik dan benar. Contoh lainnya:
    1. menghindari plagiat
    2. menggunakan google dan google scholar
    3. copyright
    4. presentasi
    5. citation software
    6. data management
    7. time management
    8. research integrity

Kegiatan di atas dapat dilakukan dengan cara mandiri, dengan didahului peningkatan kompetensi pustakawan, atau dengan kolaborasi. Pada level perpustakaan UGM, dapat dimulai dari pemetaan perpustakaan di fakultas, pemetaan SDM perpustakaan di masing-masing fakultas, kemudian memetakan SDM yang bertanggungjawab pada kegiatan-kegiatan non tradisional di atas.

Faktor yang berpengaruh pada penurunan jumlah peminjaman buku di Perpustakaan UGM periode 2003-2007 : Penelitian Pendahuluan

Tulisan ilmiah Wednesday, 16 December 2015

Oleh: Maryono, Uminurida, Supriyono, Y.Paidjo, Faizuddin, Daruriyanti, Dewi W.

Penelitian ini mengamati perubahan data statistik jumlah peminjaman yang terjadi dari tahun 2003-2007 di bagian layanan sirkulasi perpustakaan UGM. Jumlah transaksi peminjaman menurun sebesar 60%, jumlah buku dipinjam relatif tetap, sedangkan rasio jumlah buku dipinjam per peminjaman naik sebesar 74,77% Perubahan peraturan jumlah maksimal pinjaman dan lama pinjam tidak menimbulkan peningkatan jumlah buku dipinjam dan jumlah transaksi peminjaman. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan tersebut diantaranya penggunaan cyber campus dengan wifi, sistem pendidikan baru e-learning ELISA, teknologi baru e-book, database online berisi e-book dan e-journal, serta peralihan bahan ajar.

Download file selengkapnya: klik

Focus Group Discussion sebagai Upaya Peningkatan Kinerja

Berita Wednesday, 16 December 2015

bound 6

Oleh: Supriyono | sumber asli Blog

Tersedianya Sumber Daya Manusia yang ada di Perpustakaan secara profesional telah menjadi kebutuhan yang strategis di Perpustakaan. Kebutuhan ini didasari oleh pemahaman bahwa manusia adalah penentu dari semua kinerja yang ada di Perpustakaan. Disisi lain, juga dipahami bahwa SDM yang ada di perpustakaan dengan segala vitalitasmya, telah menyimpan sejumlah potensi yang patut dikembangkan. Oleh karena itu, menjadi sangat strategis, jika pendekatan di Perpustakaan dimulai dengan peningkatan kualitas SDM dalam sebuah atmosfir kerja team yang benar-benar memenuhi kriteria.

bound

Team Focus program discusion  adalah sebuah program pelatihan dengan pendekatan  komunikasi pustakawan yang terpadu dan sistematis untuk memenuhi tujuan tersebut, program ini didesain untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi prestasi sumber daya manusia di perpustakaan yang secara berbarengan kemudian menumbuhkan atmosfir kerja team diantara merekabound 9

Program ini telah diakui dalam memfasilitasi tumbuhnya energi prestasi pribadi yang mampu bersinergi dan bersatu dalam membangun atmosfir kerja TEAM

Sebagai program pelatihan kompentensi komunikasi  petugas perpustakaan  yang didasarkan atas prinsip experimental learning (belajar melalui pengalaman langsung), ia menawarkan interaktif, learning by doing dan lebih banyak berlangsung di luar ruang (alam terbuka) dan juga di dalam ruangan yang akan merangsang pustakawan mengenali kekhasan dirinya di samping sejumlah potensi dasar yang dimiliki oleh seluruh manusia.

bound 14

bound 1Mengenal adalah langkah awal yang akan dilanjutkan dengan kesadaran menerima kenyataan dan berupaya mengembangkan seluruh potensi tanpa mengabaikan sejumlah keterbatasan yang dimiliki. Harapannya, akan terbentuk pribadi yang dimiliki motivasi kuat untuk berprestasi yang pada gilirannya bersinergi peran secara optimal dalam sebuah tim yang solid.(Pri)

Catatan pada Bedah Buku “capacity building perpustakaan” 12 Desember 2015

Berita Tuesday, 15 December 2015

Bedah buku dilaksanakan di Ruang Teatrikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada hari Sabtu (12/12). Acara ini dihadiri tamu undangan, dosen, pustakawan, pemerhati perpustakaan, pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan sebagian besar mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Perpustakaan UGM mengirim Uminurida Suciati dan Purwoko untuk mengikuti acara ini.

Muhsin Kalida, M.A., seorang penulis, pegiat literasi, motivator, dan Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat DIY sebagai penulis buku Capacity Building Perpustakaan, hadir menjadi pembicara. Sementara, pembahasnya adalah Moh Mursyid, SIP., pustakawan Perpustakaan Emha Ainun Nadjib.

Berikut, beberapa catatan kami selama mengikuti bedah buku.

Perpustakaan hendaknya memiliki pemikiran yang mendasar untuk meningkatkan minat baca masyarakat secara umum, terutama anak-anak. Menghadirkan anak-anak ke perpustakaan di zaman teknologi seperti saat ini, tidaklah mudah, untuk itu perlu dimunculkan kiat-kiat untuk menarik minat datang ke perpustakaan, sebelum meningkatkan minat baca. Buku Capacity Building Perpustakaan berisikan penguatan perpustakaan di bidang networking dan fundraising, dengan dilengkapi model kegiatan kreatif untuk merangsang minat hadir ke perpustakaan.

Perpustakaan SD, SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi dana/anggaran sudah tersedia dari pemerintah, sedangkan perpustakaan Taman Bacaan Masyarakat dapat dikatakan minim anggaran. Harapan dari fundraising bagi perpustakaan adalah terpenuhinya dana operasional, sumber daya non dana dan dukungan/simpati.

Model kegiatan kreatif merupakan kegiatan besar yang bersifat gerakan untuk masyarakat umum. Misalnya seperti kegiatan launching bank buku, sudut baca, dan beberapa kegiatan yang terkait dengan buku, seperti cerita (mendongeng) dan beberapa aktifitas yang memiliki konsep “fun, play, and laughter”. Contoh lainnya bagaimana mengembangkan kreativitas untuk menarik minat anak-anak yaitu mewarnai, bermain puzzle, berdiskusi, teater anak dan My dream.

Narasumber berkeliling (blusukan) berkunjung ke berbagai Taman Bacaan Masyarakat di berbagai daerah Indonesia, maupun di perpustakaan di negara tetangga Malaysia, Thailand, dll. Pengalaman ini juga dituangkan dalam bab kisah Sehari bersama Datuk Lat (Malaysia). Melihat konteks yang melingkupi pengalaman di masyarakat, buku Capacity Building Perpustakaan lebih cocok untuk pengelola Taman Bacaan Masyarakat(TBM), namun tidak menutup kemungkinan pemerhati perpustakaan, pustakawan dan masyarakat umum untuk membaca buku tersebut.

Catatan tentang tata tulis buku ini adalah beberapa sitasi yang tidak dituliskan pada daftar pustakanya dan beberapa salah ketik. Contohnya pada halaman 4 sitasi Dwi Puji Astuti (2013); Sunanrno NS (2003) halaman 5, 8, 13; Andy Barnet (2002) halaman 13; Suparman (2007) halaman 21, 59; Tata Sudrajat halaman 58. Namun demikian buku ini dapat membantu pengelola TBM lebih kreatif dalam mengelola TBM agar tetap hidup, sebagaimana jargon publikasi bedah buku ini “JANGAN BIARKAN PERPUSTAKAAN ANDA MATI KARENA TIDAK PUNYA DANA”.

========

Meskipun buku ini lebih banyak membahas perpustakaan perpustakaan komunitas atau Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Namun konsep di dalamnya bisa digunakan untuk menganalisis pengembangan perpustakaan perguruan tinggi. Misalnya aspek fundraising, networking dan kegiatan kreatif. Ketiganya dapat dijadikan pokok-pokok pengembangan perpustakaan perguruan tinggi, tentunya ditambah beberapa hal lain seperti strategi pengembangan SDM. (Uminurida/Purwoko)

Semoga bermanfaat

Diskusi “Mengoptimalkan Potensi Pustakawan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi”

Berita Sunday, 6 December 2015

*form pendaftaran ada di bawah

…it is crucial for librarian to partner with faculty and other academic units to support student’s success. (Glover)

Rekan sekalian, perpustakaan perguruan tinggi tentunya memiliki karakteristik yang unik dibanding perpustakaan lainnya. Dukungan secara umum pada iklim akademik dan tri dharma perguruan tinggi, serta secara khusus pada visi/misi institusi perguruan tinggi harus dijalankan.

Library innovation may look like wizardry, but there’s no real magic to it. (Strahl & Christianson)

Tentunya, tidak lah cukup dengan hanya melayani peminjaman dan pengembalian buku (layanan sirkulasi). Ada banyak hal yang dapat selalu dikembangkan dan optimalkan, disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka yang dilayani.

Untuk mengetahui sampai dimana perkembangan layanan perpustakaan perguruan tinggi, apa yang diinginkan oleh pemustaka (dari pihak dosen dan mahasiswa), apa visi/misi manajemen perpustakaan UGM terkait perpustakaan UGM, apa harapan manajemen terhadap kompetensi pustakawan di UGM…, maka Forum Pustakawan UGM mengadakan diskusi ilmiah dan best practice dengan tema “Mengoptimalkan Potensi Pustakawan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi”.

Diskusi akan diselenggarakan pada:

  • Hari/tanggal : Selasa, 15 Desember 2015
  • Waktu : 08.30 – 11.30
  • Tempat : ruang pertemuan Perpustakaan Pusat UGM
  • Pemantik diskusi ;
    • Anastasia Tri Susiati, MA. (FPPTI DIY; tentang perkembangan perpustakaan perguruan tinggi dan visi/misi FPPTI DIY dalam pengembangan perpustakaan di DIY, idealisme peran perpustakaan dan kompetensi pustakawan perguruan tinggi, kompetensi praktis untuk pustakawan dan manfaatnya, serta strategi pengembangan kegiatan di perpustakaan)
    • Arif Surachman, MBA. (Kabid Database dan Jaringan Perpustakaan UGM; terkait pengembangan pustakawan dan perpustakaan UGM)
    • Muhamad Kamal, Ph.D. (Dosen, alumni Queensland Univ.; tentang pengalaman dengan perpustakaan di luar negeri, harapan dosen terhadap perpustakaan dan terhadap mahasiswa terkait perpustakaan)
    • Muhamad Agni Saha (mahasiswa; terkait harapan mahasiswa terhadap perpustakaan)

Peserta:

  • Bagi semua pengelola/staf Perpustakaan di UGM tidak dikenakan biaya [GRATIS], konfirmasi kehadiran dapat dilakukan ke Roh Wahyu Widayati via PLO atau SMS/WA: +62 813-2826-5526, Desi Natalia: 08886163117 atau daftarkan secara online.
  • Luar UGM
    • Anggota FPPTI Rp 30.000 (fasilitas: snack dan sertifikat)
    • Mahasiswa Rp. 30.000 (fasilitas: snack dan sertifikat)
    • Umum Rp. 50.000 (fasilitas: snack dan sertifikat)
    • konfirmasi kehadiran dapat dilakukan ke Desi Natalia Anggorowati (SMS: +62 888-6163-117) dengan format NAMA_institusi, atau daftarkan secara online.

Konfirmasi pendaftaran maksimal Senin, 14 Desember 2015 pukul 14.00 WIB.


 

[vfb id=’1′]

Apa dan bagaimana AIMOS bisa digunakan untuk deteksi plagiat?

Tulisan ringan Tuesday, 1 December 2015

  • AIMOS sendiri merupakan aplikasi sistem deteksi plagiat, aplikasi ini digunakan untuk mendeteksi kesamaan penggunaan kata antara dokumen sumber dengan dokumen pembanding
  • Terciptanya Aplikasi Aimos hasil dari kerjasama UGM dengan Gamatechno yang dapat membantu mendeteksi awal ada tidaknya plagiasi dalam suatu dokumen
  • Aplikasi Aimos digunakan untuk civitas akademik di lingkungan Universitas Gadjah Mada supaya dapat sedini mungkin dapat mengetahui apakah karya tulis yang sedang dikerjakan memiliki kesamaan penggunaan kata dengan penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu, hal ini sudah sebaiknya dilakukan untuk menghindari plagiasi karya suatu dokumen.
  • Kelebihan dari AIMOS ini adalah dapat melakukan deteksi plagiat karya tulis dengan metode One on One, Similiar Category, dan Multiple Category dengan menggunakan dokumen pembanding dari database ETD. Hasilnya adalah Text Analysis Result yang akan berupa highlight kata-kata yang dianggap sama dari naskah yang dibandingkan
  • Aplikasi aimos dapat diakses melalui url http://aimos.ugm.ac.id/
  • Bagaimana prosedur penggunaan aplikasi AIMoS?, silakan unduh dokumen lengkap tulisan ini, klik download.

English Club di Perpustakaan Fakultas Teknik UGM

Tulisan ringan Saturday, 28 November 2015

Belajar memang tidak ada batasa usia, termasuk belajar Bahasa Inggris, Bahasa inggris adalah bahasa internasional yang mau tidak mau harus di pelajari dan dikuasai agar tidak ketinggalan dalam informasi terkini karena rata-rata informasi terkini yang ada di dalam jurnal ilmiah berbahasa asing khusunya bahasa inggris. Di Indonesia Bahasa inggris masih dianggap Bahasa asing karena bukan Bahasa ibu atau Bahasa pengantar keseharian kita sehingga menyulitkan untuk dipelajarai dan diucapkan.  Ada ungkapan untuk dapat   mengucapkan sesuatu dalam bahasa inggris hanya perlu pembiasaan dan latihan agar lidah tidak kaku dan lancar dalam pengucapkan.  Pembiasaan tersebut dapat dilakukan melalui percakapan keseharian, membiasakan diri mengucapkan bahasa inggris, atau ikut sebuah komunitas yang menggunakan bahasa inggris untuk percakapan dan diskusi.

Perpustakaan Fakultas Teknik UGM mempunyai kegiatan kreatif “English Club” untuk mengembangkan diri dan kemampuan berbahasa Inggris,  English Club di perpustakaan fakultas teknik UGM dilaksanakan seminggu sekali setiap hari kamis pukul 15.30 WIB. Awal ikut klub ini saya merasa canggung bahkan dalam perkenalan saya merasa bahasa inggris saya masih kacau balau inilah perkenalan saya kepada klub :

“let me introduce my self, my name is budhi santoso, keseharian saya di fakultas geografi, iam same with mas purwoko as librarian, iam sory my english belepotan” Inilah kalimat dalam bahasa inggris yang saya ucapkan untuk perkenalan di english club, kemudian ada peserta yang berkata di club tidak ada yang ahli semua masih belajar. Di dalam klub ini ada peraturan atau role yang menarik  yaitu :

Selengkapnya: http://kangbudhi.blogdetik.com/2015/11/27/english-club-di-perpustakaan-fakultas-teknik-ugm

Serah terima Kepengurusan

Berita Thursday, 26 November 2015

Di tengah hawa dingire_467_FULLn Sabtu malam di kota Magelang, bertepatan dengan acara workshop kompetensi komunikasi pustakawan UGM tanggal 14-15 November 2015, dilaksanakan serah terima kepengurusan Forum Pustakawan (FP) UGM dari Ketua FP sebelumnya kepada Ketua FP 2015-2017.

Sebelum penyerahan, Ketua FP 2013-2015 memberi sambutan singkat, dengan harapan apa yang sudah dilaksanakan dapat diteruskan pada kepengurusan berikutnya. Kepala Perpustakaan UGM, Dra. Nawang Purwanti juga menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kepengurusan FP yang telah selesai.

 

1…10111213
Universitas Gadjah Mada

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada

Bulaksumur, Kotak POS 16, Yogyakarta, 55281
  Telepon: (0274) 513163
  Faks. (0274) 513163
  E-mail: library@ugm.ac.id
  Whatsapp: 0811 2944 064

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY