Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Forum Pustakawan UGM
  • Home
  • Pengurus
    • Ketua FP dari waktu ke waktu
  • Untuk Anggota
    • Daftar Anggota
    • Jadwal Kegiatan
    • Ingin mengirim tulisan?
    • Duta FP UGM
  • Silakan ajukan !
    • Tema kegiatan
    • Pertanyaan untuk FAQ
  • Download
  • Kegiatan FP UGM

International Multitasking Librarian (Supriyono)

BeritaTulisan ringan Monday, 14 March 2016

Sumber klik

Yogyakarta, 10 Maret 2016, Gedung University Club (UC) UGM, Yogyakarta, Kamis, 10 Maret 2016,. Diadakan Seminar Multitasking librarian seminar ini menghadirkan 3 pembicara Yaitu Ratih IbrahimMM. Psychologist, CEO Personal Growth, Jakarta. Topik: “Meningkatkan Profesionalisme SDM Perpustakaan melalui Interpersonal Skills”.Disamping juga menghadirkan Dr. Kuwat Triyana, Dosen Ilmu Fisika FMIPA dan Peneliti LPPT Universitas Gadjah Mada. Topik: “Peran dan Dukungan Pustakawan dalam Kegiatan Pembelajaran, Penelitian dan Publikasi Ilmiah”Dan juga menghadirkan Mrs Lee Cheng Ean from University of Singapore (NUS) Librarian Chief librarian national dengan topik “ Meningkatkan berbagai layanan pengguna “

lib 4
Multitasking Pada era global Service Excellent
Pada era global saat ini, persaingan tenaga kerja asing semakain banyak, hal ini membuat perpustakaan memaksa meningkatkan performa kerjanya, untuk meningkatkan dan mempercepat performa dan keinginan perpustakaan, tidak jarang ditemui para staf perpustakan menjalankan pekerjan lebih dari satu pekerjaan di saat yang bersamaan, kegiatan ini dinamakan multitasking librarian. Ini adalah kinerja yang dilakukan pustakawan untuk menangani lebih dari satu pekerjaan atau satu tugas pada waktu yang sama, istilah ini berasal dari tugas ganda. Multitasking librarian memungkinkan pustakawan memudahkan atensi dan usaha dari satu tugas ke tugas yang lain harus dipelajari ulang informasi yang sama atau memulai tugas yang sama dari awal. Multitasking librarian merupakan kemampuan yang dimiliki terutama dengan semakin meningkatkan jumlah informasi. Multitasking memungkinkan pustakawan untuk mengolah sejumlah besar informasi secara simultan dan mengkompensasikan keterbatasan memilih kerjanya dengan memudahkan atensi dan usahanya dari satu tugas ke tugas yang lain.Jadi multitasking librarian memungkinkan pustakawan untuk menyelesaikan beberapa tugas hampir secara kebersamaan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat perpustakaan akan kuantitasnya, hal ini dapat dilihat aspek – aspek pribadi seseorang pustakawan yang mungkin dia bisa mencapai kinerja yang superior. Aspek pribadi ini mendorong dirinya untuk mencapai kinerja yang superior yang dimilikinya. lib 3

Menurut dewi Ratih multitasking librarian berkemampuan berkompetensi Interpersonal merupakan kemampuan untuk membangun dan menjaga hubungan yang afektif setiap pustakawan dapat memaknai melakukan komunikasi efektif yang meliputi kemampuan hubungan interpersonal kemampuan membuka diri untuk menafsirkan kebutuhan pemustaka, kemampuan untuk bersikap asersif, empati serta dapat mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain.

Kemampuan berorganisasi
Setiap pustakawan harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan kualitas, harus mampu melakukan perubahan menjadi pekerja tidak lagi hanya memilah pengetahuan, tetapi bisa memberikan manfaat bagi banyak pemustaka sehingga benar- benar menjadi kunci keberhasilan selain kegiatan usaha, disamping pustakawan harus berfokus pada nilai yang dihasilkan dapat memuaskan stakeholder dan juga memuaskan pada dirinya sendiri.
Mempunyai spirit hospital
Pustakawan harus memiliki tanggung jawab, mempunyai kemampuan memahami perubahan secara cepat dan melaksanakan tugas- tugasnya secara cepat dan tepat.
Good computer skill
Seorang pustakawan harus merencanakan pengembangan professional untuk memposisikan diri untuk karir masa depan maka harus mempunyai preferensi teknologi di bidangnya diantaranya :
1) Web and Social skill
Seorang pustakawan dalam berorganisasi mencari untuk meningkatkan jejak mereka di web dan media social dapat meningkatkan situs alat – alat menajemen konten HTML dan memanfaatkan media social dalam menyampaikan organisasi di samping menuasai aplikasi untuk meningkatkan daya tarik dalam organisasi.
2) Email
Seorang pustakawan bisa menggunakan email bagi kehidupan pribadi dan professional untuk meningkatkan produktivitas kantor.
3) Computer net work
Seorang pustakawan harus berkemampuan dalam penguasaan jaringan.
4) Data base
Serang pustakawan berkemampuan dalam menguasai basis data.
Language skill
Seorang pustakawan meningkatkan ketrampilan melibatkan kegiatan pemblajaran empat ketrampilan berbahasa yaitu: listening (menyimak) berbicara (speaking) Membaca (reading) menulis (writing) ke empat ketrampilan berbahasa ini dikemas ke dalam standart kompentensi.
Peran dan Dukungan Pustakawan dalam Kegiatan Pembelajaran, Penelitian dan Publikasi Ilmiah. Dr. Kuwat Triyana. Dosen Ilmu Fisika FMIPA dan Peneliti LPPT Universitas Gadjah Mada

lib 6Sementara Dr Kuwat Triyana dalam paparannya menyampaikan pandangannya mengamati beberapa pokok pikiran tentang pemblajaran student center learning, siklus penelitian dan publikasi, peran dukungan pustakawan,hasil survey peningkatan kualitas layanan, usulan peningkatan layanan.Tren pembalajaran sekarang mahasisiwa dituntut belajar mandiri, Yang dulunya teacher center menjadi student center sehingga mahasiswa dituntut aktif mandiri dalam mencari sumber – sumber informasi mahasiswa tidak ditentukan judul informasi dan juga tidak dibatasi jumlahnya, dosen hanya menyampaikan topiknya saja.Dosen hanya sebagai fasilitator untuk membantu belajar di luar pemblajaran dalam mengembangkan kemampuan sebuah penelitian.Masalah yang dihadapi dosen masih kurang mengikuti tren keilmuan muthakirnya.Dosen dan mahasiswa mengakses sumber teks book dari perpustakaan yang dikelola oleh perpustakaan memudahkan mencari litertur yang lebih spesifik. Dengan dukungan Peran pustakawan dalam melakukan proses riset maka di perlukan berbagai perbaikan dan usulan, diantaranya pentingnya meninjau ulang sistem sosialisasi literature online yang dilanggan ke civitas agar lebih efektif, seperti dibuatnya digital e- library, perlunya perpindahan dari e-libray ke m elibrary, dan dibuatnya saluran umpan balik.

lib 2Pembicara ke 3 menghadirkan Mrs. Lee Cheng Ean, Chief Librarian, National University of Singapore (NUS).
Sedangkan pembicara ke 3 menyampaikan pengalaman pribadinya dalam membangun team work sebagai seorang pustakawan harus mampu sebagai partner dalam pendidikan dan pemblajaran riset pada nasional University of Singapore. Dalam membentuk team work yang sukses, yang perlu disadari adalah adanya berbagai tren sekarang dan di masa depan, dimana disusun komitmen bersama strategi membangun team work yang diyakini mampu meningkatkan peran dan kemampuan pustakawan dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditentukaan. Perpustakaan dalam menyusun team worknya menjadi 3 team work berupa 30 % Fungtional team yaitu berupa Asset manajemen, aquaisisi, e- resources majaement, serial manajemen,IR. 20 % project team berupa portal review, library refresh and renovations. 50 % Resource team berupa Information literacy programmes,Outrech, Advisory one on one advisory or small goups, information service- information desk, after office hours duty, only chat service.Dan diperlukan Tranformation librarian dalam building new abilities dari old ke new berupa Inward looking menjadi networker – technical expert – Multiskill – Reactive – proactive – Information Gatherer – Problem solver. Sementara Transformative librarian Building new Capabilities dari old ke new berupa Gatekeeper menjadi Collaborator, dari online searcher menjadi instructor dari custodian of collection menjadi facilitator, dari service provider menjadi information advisor.(Prilangka)

“Multitasking Librarians” (Maryono)

Berita Friday, 11 March 2016

“Multitasking Librarians”

Seminar internasional, dies 65 tahun perpustakaan UGM, 10 Maret 2016, Gedung University Club (UC) UGM, Yogyakarta, Kamis, 10 Maret 2016, 07:45 – 12:30.

Oleh: Maryono

“Multitasking Librarians” adalah sebuah konsep, pustakawan yang memiliki kemampuan mengelola perubahan serta kemampuan mengelola banyak tugas, yang mendasar dalam mendukung kesuksesan karir pustakawan, sebagai SDM perpustakaan yang berkualitas dan inovatif. Itulah topik seminar internasional yang diselenggarakan dalam rang rangka dies 65 tahun perpustakaan UGM pada tanggal 10 Maret 2016, yang diselenggarakan di Gedung University Club (UC) Universitas Gadjah Mada, Jl. Pancasila No. 2 Bulaksumur, Yogyakarta, Kamis, 10 Maret 2016, 07:45 – 12:30.

Seminar internasional tersebut, menghadirkan 3 pembicara, yaitu Ratih Ibrahim, MM. Psychologist, CEO Personal Growth, Jakarta. Topik: “Mendongkrak Profesionalisme SDM Perpustakaan melalui Kemampuan Soft Skills”. Kemudian Dr. Kuwat Triyana, Dosen Ilmu Fisika FMIPA dan Peneliti LPPT Universitas Gadjah Mada. Topik: “Peran dan Dukungan Pustakawan dalam Kegiatan Pembelajaran, Penelitian dan Publikasi Ilmiah”. Serta dilanjutkan oleh Mrs. Lee Cheng Ean, Chief Librarian, National University of Singapore (NUS). Topik: “Best Practice of NUS Librarians in Providing Services to Various Library Users”. Seminar tersebut dimoderatori oleh Ida Fajar Priyanto, Ph.D. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.

Multitasking Librarian in The Global Era: Service Excellent

Ratih Ibrahim, MM. Psychologist CEO of Personal Growth

Ratih Ibrahim, MM. menekankan pentingnya penguasaan soft skills bagi pustakawan, kemampuan untuk berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama dengan banyak orang. Untuk itu diperlukan 5 langkah agar kualitas pustakawan dapat ditingkatkan sesuai dengan tantangan perubahan di era global, yaitu menjadi “multitasking librarian”. Pertama, memahami dan menjawab “What business are you in?”. Mengidentifikasi institusi, yaitu UGM sebagai universitas terbesar, tertua dan salah satu yang terbaik di Indonesia. Memahami visi dan misi perpustakan UGM. Mengidentifikasi customer, baik yang ada sekarang maupun yang bersifat potensial. Mengidentifikasi produk, yaitu informasi. Mengidentifikasi stakeholder, pihak yang berkepentingan dengan perpustakaan. Mengidentifikasi diri kita dalam institusi, sebagai pustakawan. Ke dua, Service excellent, sebagai penyedia jasa untuk memuaskan kebutuhan pengguna. Ke tiga, Library as a business, harus dikelola secara professional sehingga pustakawan harus selalu meningkatkan kompetensinya. Ke empat, The moment of truth, saat dimana interaksi antara institusi, pustakawan dan pengguna mampu memenuhi dan memuaskan kebutuhan penggunanya. Ke lima, Be multitasking librarian, bagaimana meningkatkan kualitas pustakawan untuk memberikan layanan prima? Pustakawan harus memiliki kemampuan berorganisasi yang tinggi, memelihara dan meningkatkan katalog, menata staf, serta menata gedung dan ruang perpustakaan, interpersonal skill atau kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan pengguna, memahami kebutuhan dan mengarahkan pengguna ke literature yang dibutuhkan. Pustakawan juga harus meningkatkan keramahan, serta kesabaran. Nilai tambah yang perlu dimiliki pustakawan adalah kemampuan computer dan melek teknologi, serta kemampuan berbahasa asing minimal satu bahasa sesuai dengan penggunanya. Pustakawan harus memiliki kebanggaan, terhadap institusi, juga terhadap profesinya.

Peran dan Dukungan Pustakawan dalam Kegiatan Pembelajaran, Penelitian dan Publikasi Ilmiah. Dr. Kuwat Triyana. Dosen Ilmu Fisika FMIPA dan Peneliti LPPT Universitas Gadjah Mada

Dr. Kuwat Triyana sebagai pakar di bidang riset fisika di UGM dan juga sekaligus sebagai civitas pengguna perpustakaan, menjelaskan beberapa pokok pemikiran yang perlu dicermati di era global sekarang ini, yaitu tren pembelajaran yang berubah, siklus penelitian dan publikasi, peran dan dukungan pustakawan, hasil survei peningkatan kulitas layanan, dan usulan peningkatan kualitas layanan. Tren pembelajaran telah berubah dari teacher centred – student centred, dengan system ini mahasiswa dituntuk aktif dan mandiri, sehingga dalam mencari literatur, tidak ditentukan judul literature dan tidak dibatasi jumlahnya, dosen cukup hanya menentukan topik saja. Dosen hanya sebagai fasilitator / pemandu, dan mengembangkan kemampuan penelitian mahasiswa. Permasalahan yang dihadapi dengan sistem tersebut, banyak dosen yang masih textbook minded kurang mengikuti perkembangan mutakhir di bidangnya. Literatur tidak selalu tersedia textbook untuk topik yang spesifik dan mutakhir, sehingga dosen sering membeli secara mandiri dalam bentuk ebook (kemungkinan dikelola oleh perpustakaan di masa mendatang). Permasalahan lainnya, dosen dan mahasiswa banyak yang belum mengetahui literature online yang dilanggan Perpustakaan UGM, sehingga mengakses sumber-sumber internet yang tidak valid. Literatur sebagai sumber ide penelitian yang spesifik, terdiri dari textbook, jurnal ilmiah mutakhir, paten dan website. Peran dan dukungan pustakawan dalam proses siklus riset sangat diperlukan. Survei yang dilakukan menunjukkan perlunya berbagai perbaikan dan usulan, diantaranya pentingnya meninjau ulang sistem sosialisasi literature online yang dilanggan ke civitas agar lebih efektif, layanan software grammar dan plagiarism checker, transformasi dari e-library ke m-library, pembuatan saluran umpan balik (feedback), ebook lending service, serta mobile digital repository.

Best Practice of NUS Librarians in Providing Services to Various Library Users.

Mrs. Lee Cheng Ean, Chief Librarian, National University of Singapore (NUS).

Sedangkan Mrs. Lee Cheng Ean menyampaikan pengalamannya dalam membangun team work yang sukses sehingga pustakawan mampu berperan sebagai partner dalam pendidikan, pengajaran dan riset pada National University of Singapore (NUS) yang pada 2015 merupakan Universitas nomor 1 di Asia versi Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings. Untuk membentuk team work yang sukses, harus disadari adanya berbagai tren sekarang dan di masa depan, serta disusun komitmen bersama strategi membangun team work yang diyakini mampu meningkatkan peran dan kemampuan pustakawan dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditentukaan. Perpustakaan NUS menata stafnya ke dalam 3 team, yaitu 50% ke dalam resource team, 30% functional team, dan 20% project team. Peran pustakawan yang hendak dirubah diantaranya, semula sebagai gatekeeper – collaborator, online searcher – instructor, custodian of collections – facilitator, serta service provider – information advisor. Kemampuan pustakawan yang hendak dirubah yaitu inward looking – networker, technical expert – multiskilled, reactive – proactive, serta information gatherer – problem solver.

(Maryono-pustakawan UGM)

“Multitasking Librarians” (Sri Junandi)

Berita Friday, 11 March 2016

Pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 dalam rangka dies natalis ke-65 Perpustakaan UGM, diadakan seminar internasional dengan tema “Multitasking Librarian”  di Gedung Pertemuan UC Universitas Gadjah Mada. Seminar ini menampilkan tiga pakar dalam bidangnya yang pertama yaitu, Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog CEO Personal Growth, Jakarta, dengan judul “Mendongkrak Profesionalisme SDM Perpustakaan melalui Kemampuan Soft Skilss”. Narasumber yang kedua yaitu Dr. Kuwat Triyana, M.Si., Dosen dan Peneliti LPPT UGM, dengan judul “Peran dan Dukungan Pustakawan dalam Kegiatan Pembelajaran, Penelitian dan Publikasi Ilmiah”. Sedangkan narasumber yang ketiga yaitu Mrs. Lee Cheng Ean, Chief Librarian, National University of Singapore (NUS) dengan judul “Best Practice of NUS Librarians in Providing Service Various Library Users”, serta bertindak sebagai moderator Drs. Ida Fajar Priyanto, MA, Ph.D.

Ratih Ibrahim sebagai pembicara pertama menyampaikan bahwa kemampuan pustakawan yang perlu dimiliki meliputi lima aspek yaitu organisasi, interpersonal skill (ramah, murah senyum), the spirit to hospitality (sikap keramahan menerima pemustaka), good computer skill (kemampuan terkait pemanfaatan TIK) dan language (kemampuan berbahasa internasional, khusunya bahasa Inggris).

Selanjutnya pembicara kedua Kuwat Triyana menyampaikan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan oleh pustakawan kegiatan SCL (Student Centered Learning) yaitu hospitality and hepfullnes (sikap keramahan dan kemudahan dalam memberi bantuan). Beberapa hal yang yang dapat dilakukan dalam meningkatkan layanan perpustakaan yaitu aktif dalam kegiatan sosialisasi yang efektif ke civitas akademik tentang fasilitas jurnal online dan e-book yang dilanggan UGM, peningkatan kualitas layanan (pemanfaatan TIK dalam rangka migrasi layanan fisik ke virtual misalnya grammar dan plagiarism checker. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme pustakawan dalam upaya memfasiltasi perubahan dari e-library menuju m-library.

Mrs. Lee Cheng Ean sebagai pembicara penutup menyampaikan beberapa langkah yang telah dilaksanakan NUS dalam meningkatkan kualitas layanan kepada pemustaka yaitu memfasilitasi pembelajaran aktif, kemudahan akses web, mengelola data penelitian, assess and tell stories with business, analytics – bibliometrics, dan digital scholarship – GIS, data analytics.

Kesimpulan dari seminar ini pustakawan berkerja sesuai dengan panggilan hati dan berperilaku hospitality and hepfullnes, maka akan diperoleh hasil yang berkualitas (exelent).

(Sri Junandi)

———————

 

Workshop Jurnal Online dan Bahasa Inggris [gratis]

Berita Tuesday, 9 February 2016

Rekan sekalian, dalam rangka Dies Perpustakaan UGM, Forum Pustakawan UGM mengelola beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut adalah Workshop Bahasa Inggris dan workshop series akses dan seluk-beluk jurnal online.

Kegiatan workshop Bahasa Inggris dapat diikuti oleh civitas UGM, sementara akses jurnal online dan seluk-beluknya dapat diikuti oleh mahasiswa, dosen dan pemerhati jurnal online dari UGM maupun luar UGM.

Selengkapnya, silakan lihat poster. (Klik poster untuk melihat lebih jelas)

english

jurnal

Undangan Menulis buku “SESANTI KEPUSTAKAWANAN” dari Drs. Purwono, M.Si.

Berita Tuesday, 2 February 2016

Dikutip dari paperless office Perpustakaan UGM. Berikut email dari Drs. Purwono, M.Si, yang mengundang pustakawan untuk bersama menulis buku yang akan diberi tema/judul SESANTI KEPUSTAKAWANAN.
Demikian bunyi email beliau:———

Yth Ibu/Bpk/Sdr. mohon bantuan mewujudkan impian saya untuk menerbitkan buku bunga rampai pada ultah ke 70 th tepatnya 16 April 2017 dengan tema/judul SESANTI KEPUSTAKAWANAN. Saya berharap Ibu/Bpk/Sdr beserta komnitas berkenan menulis untuk saya, date line 30 Juni 2016, panjang tulisan ilmiah populer 10 s/d 15 halaman kwarto, 1,5 spasi. Sesanti adalah unen-unen, do’a/ tekat yg kuat/atau petunjuk untuk menuntun hidup ditengah masyarakat.

Semoga keikhlasan Ibu/Bpk/Sdr menjadikan sesuatu yg benilai ibadah dan nilai ilmu yg bermanfaat bagi kita semua, terutama generasi penerus kita.
Wassalam, Purwono

—–

Monggo, manfaatkan kesempatan ini untuk  menulis bersama tokoh kepustakawanan Indonesia. silakan buka dokumen ini. Klik di sini.

Bangga Jadi Pustakawan? harus dong..

BeritaTulisan ringan Thursday, 7 January 2016

oleh: Dewi Nurhastuti

  • Bedah Buku: Bangga Menjadi Pustakawan
  • Pembedah: Blasius Sudarsono danWiji suwarno, M.Hum
  • Tempat: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 30 Desember 2015

Berkaca dari minimnya koleksi buku yang terbit dengan penulis dari profesi pustakawan memunculkan gagasan awal sehingga terbitlah buku yang berjudul “Bangga menjadi Pustakawan”. Penulis buku ini tergabung dalam komunitas jejaring media sosial Facebook yaitu Komunitas Menulis Pustakawan (KMP), dengan beberapa pengampu di antaranya M.Mursyid (Pustakawan Cak Nun), Noorika (Pustakawan PDII Lipi Bandung), pustakawan UIN Sunan Kalijaga.

Menjadi menarik ketika proses penulisan, penyusunan dan editing buku ini hanya dilakukan dalam waktu sekitar satu sampai dua bulan, dengan tanpa melakukan tatap muka secara verbal, baik antar penulis maupun antar penggagas KMP sendiri, dan sebagian baru dipertemukan dalam forum bedah buku tersebut.

Buku ini mengupas tentang dunia perpustakaan dengan segala asesoris dan predikat yang melekat pada perpustakaan maupun pustakawan sebagai sebuah profesi yang “mulia” akan tetapi orang masih “segan” untuk mengakui profesi tersebut dengan bangga. Maka dari cover buku digambarkan dengan tangan kiri yang menunjuk jari. Dalam terjemahan sederhana, menggunakan (pilihan) tangan kiri adalah karena profesi ini ada dan tapi pengakuannya masih belum setara dengan profesi lainnya. Sementara menggunakan tangan kiri tersebut juga menggambarkan bahwa yang sedang bekerja adalah otak kanan, otak untuk mengatur kreativitas dsb.

Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan yang sistemastis, informatif dan mudah dipahami orang lain memang butuh pembelajaran dan latihan serta keberanian yang harus dipupuk untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa setiap orang diberikan kemampuan meski pada level yang berbeda-beda, akan tetapi ada yang lebih penting lagi dari dari hal tersebut. Apakah hal terpenting itu? “Mulai”! itu adalah modal utama sebagai seorang penulis, terlebih lagi untuk pemula. Karena ide/gagasan ketika tidak dituangkan dalam bentuk verbal/tulisan maka akan ‘menguap’ ditimpa oleh gagasan/gagasan lain. Bahkan bisa terjadi gagasan yang pernah terpikirkan akan digunakan orang lain, dan begitu seterusnya.

Permasalahan yang dihadapai oleh penulis pemula umumnya adalah mengalihkan dari tulisan nonverbal ke bentuk formal. Akan tetapi bukan menjadi penghalang bagi pustakawan untuk terus belajar dan memperkaya diri dengan bahan-bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan, baik dalam bentuk cetak ataupun eresource yang dapat diakses dengan mudah.

Terbitnya buku Bangga Menjadi Pustakawan diharapkan dapat menjadi pelopor terbitnya buku-buku lain, sehingga memperkaya bahan referensi bidang perpustakaan dan kepustakawanan, dan selayaknyalah bila kita bangga menjadi pustakawan, HARUS!

Salam.

dewinur

Prosedur Pengelolaan Perpustakaan Fakultas Biologi UGM 2014

Tulisan ilmiah Thursday, 7 January 2016

Oleh: Rusna Nur Aini

Keberadaan perpustakaan mestinya akan menjadi nilai tersendiri bagi sebuah lingkungan organisasi, lembaga atau masyarakat. Keberadaan perpustakaan bukan sekedar sebagai pelengkap akan tetapi merupakan satu bagian dan kebutuhan bagi organisasi/komunitas dan pemustaka yang dilayaninya. Perpustakaan harus selalu berupaya dalam mewujudkan perpustakaan yang mampu melayani kebutuhan pemustaka terutama sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa seperti diamanatkan dalam Undang-undang Perpustakaan nomor 43 tahun 2007.

Tulisan ini menjelaskan tata kelola perpustakaan Fakultas Biologi UGM. Dengan tulisan ini, diharapkan pembaca dapat meperoleh gambaran atau pembanding, syukur inspirasi dalam rangka mengelola perpustakaan.

Tulisan selengkapnya (format PDF), silakan unduh di klik.

BADAI DI TAHUN 2222 : sebuah cerpen karya pustakawan

Lain-lainTulisan ringan Wednesday, 6 January 2016

Oleh Nova Indah Wijayanti (Pustakawan UGM)

Sumber: klik

BADAI DI TAHUN 2222

Ciiiiit! Suara rem flying vw yang dikendarai Ahmad terdengar. Mobil berkekuatan 960hp dengan kecepatan terbang 350/950 mph warna kuning highlight itu berhenti.

“Wah, gimana nih,” pikir Ahmad. Mendadak mobilnya ngadat. Sementara di ketinggian 100 meter di atas tanah sebelum mobil turun, dia nyoba ngutak-utik tombol active height control, tombol pengatur ketinggian di dashboard.

“Wah, terpaksa deh aku pake jalan darat.” katanya. Rupanya systemnya nggak jalan. Transmisinyaerror. Maklum mobil keluaran 2210, sepuluh tahun lalu, jelas aja. Kemudian Ahmad mengaktifkan sistem roda pendarat dan nyoba vertical landing di jalan raya di bawahnya.

Akhirnya setelah parkir di pinggir jalan, dia mencoba memperbaiki mobil. Fuel consumption oke,operational ceilling juga oke. Wah bingung nih.

Akhirnya dia nyoba connect ke Ali. Layar monitor di depannya, menampakkan keadaan Masjid Baitul Izza.

“Assalamu’alaikum Ali”, sapanya setelah di layar tampak pemuda berambut gondrong pakai baju silver bernama Ali.

“Wa’alaikumsalam Ahmad, gimana nih kok belum nyampai, acara mo dimulai lima menit lagi nih.” Jawab Ali.

“Sorry deh, vwku ngadat, maklum mobil tua. Nggak mau terbang. Terpaksa deh pakai jalan darat.”

“Apanya yang rusak sampai nggak mau terbang segala?” tanya Ali

“Nggak tau tuh, di flight control system juga nggak ada data apa-apa. Jadi aku belum tau sebabnya. Kayaknya gas auto nih, kalau gini terpaksa deh setir manual. Tapi jangan kawatir tak usahain cepet, nggak ayah lah sekali-kali pake cara kuno.” Jawab Ahmad. “Udah dulu ya, Assalamu’alaikum”, kata Ahmad menutup pembicaraan.

Sambil menyetir dia melihat sekeliling. Kagok juga dah lama nggak setir manual, biasanya sih tinggal ketik koordinat tujuan langsung deh mobil terbang. Untunglah sistem navigasi di mobilnya nggak ikutan ngadat, bisa parah dong. Soalnya dia belum pernah ke Masjid Baitul Izza lewat jalan darat!

Di kiri jalan tampak pohon beringin baja melambai-lambai. Benar-benar cloning yang sempurna. Cauliflower Mozaik Virus CM24 penghasil gen yang khusus menginjeksi total tanaman akhir-akhir ini laku keras. Mengganti virus generasi sebelumnya jenis CM23 ataupun jenis plasmid bakteriofag yang lebih murah tapi hasilnya nggak gitu bagus. Maklum kecepatan membelah diri virus CM24 ini berkali lipat. Dengan kantong pas-pasan orang hanya mampu beli kemasan paling kecil seperempat gram yang harganya udah mencapai duaratus ribuan. Itupun hanya bisa bikin tanaman mungil seperti kaktus. Bukan main, kalau gitu berapa biaya untuk bikin pohon beringin sebanyak ini ya? Pikir Ahmad. Berita tentang virus baru untuk gen rekombian ini benar-benar lagi heboh. Baru pagi tadi Ahmad membacanya di koran on-line. Banyak hasil cloning yang membahayakan. Bahkan mega mal di kota ini sudah rata jadi debu gara-gara diserang 5 cloningan yang ngamuk. Dan yang bikin Ahmad heran ujung-ujung pohon beringin itu berubah jadi pisau-pisau kecil yang runcing. Hiii…nggak kebayang deh kalau pohon itu jatuh dan menimpa manusia, pasti tertusuk ujung dahan yang runcing. Ahmad meringding, pertanda apa ini?

Tak terasa dia sudah sampai di pelataran parkir masjid. Jam tangan dijitalnya menunjukkan pukul 09.10. “Wah telat sepuluh menit nih.” Batinnya. Segera dia mencet tombol warna hijau jamnya.Searching nama Ali dan segera wajahnya terpampang di layar.” Aku dah nyampai.” Kata Ahmad. “Oke deh,” jawab Ali.

“Assalamu’alaikum warahmatullohi wabarokatuh.” Ahmad mengawali ucapannya pada peserta pengajian siang itu ketika dia udah tampil di atas mimbar. “Silakan searching surat Al Baqoroh ayat 185.” Tampak peserta pengajian sibuk nyimak di electronic Qur’an masing-masing. Acara ngaji yang berlangsung satu setengah jam itu lancar-lancar aja.

***

“Ahmad, aku numpang ya,” kata Ismu salah seorang peserta pengajian yang juga sahabat Ahmad ketika pengajian telah selesai.

“Tapi mobilku ngadat nih, lagi nggak bisa terbang.” Jawab Ahmad.

“Nggak ayah, aku udah biasa juga. Malah tadi jalan kaki ke sini, tapi lagi agak pusing sekarang.”

“Oke deh, naik aja.”

Mobilpun berjalan menuju rumah Ismu. Rumah berbentuk setengah lingkaran, adaptasi rumah iglonya orang kutub 200 tahun lampau itu, tampak sepi. “Mampir yuk!” ajak Ismu pada Ahmad. Setelah melihat agenda dijital di jam tangannya Ahmad mengangguk setuju. Rupanya siang ini kosong, nggak ada acara. Ismu mencet beberapa angka password di pintu gerbang. Segera saja gerbang setinggi satu setengah meter itu bergerak membuka.

“Eh, ngapain dia?” tanya Ahmad ketika melihat Ismu yang lain terkurung dalam salah satu ruang berlapis kaca.

“Inilah yang bikin aku pusing.” Kata Ismu. Cloning-an ku ini udah seminggu ngamuk. Makanya aku kurung, takut ngrusakin apa-apa.”

“Emangnya kamu nggak kasian apa?”

“Ya kasian, tapi gimana lagi. Buat reparasi dia ongkosnya mahal banget. Nggak punya duit,” jawab Ismu.

“Kok bisa mahal sih?”

“Soalnya untuk bikin normal dia lagi butuh DNA plasmid murni diinjeksi virus mamalia simian SV40 yang langka banget.” Ismu njelasin.

“Trus, belinya di mana?”

“Nggak ada yang jual, harus dibikin. Dan yang bisa bikin cuma Profesor Brown yang sekarang nggak ketahuan lagi ada dimana.”

“Wah untung deh aku nggak di cloning, bisa pusing aku kalo gini.”

“Iya sih, tapi ini kan tinggalan almarhum Ayahku buat nemenin aku. Aku kan nggak punya saudara.”

“Ya udah kamu do’a aja cloningmu ini cepet sembuh.”

“Emang cloning-an bisa dido’ain?” tanya Ismu.

Sejenak Ahmad ragu-ragu dan garuk kepalanya yang nggka gatel. “Iya, ya, nggak tau deh. Ilmu agamaku belum banyak. Apalagi teknologi, wah gaptek deh.”

“Ya udah, nggak apa-apa, makan dulu aja yuk,” ajak Ismu.

Ismu mencet tombol bergambar burger dan soft drink di mesin olah makanan di dapur. Lima menit kemudian makanan tersaji dan mereka mulai makan. Sambil makan mereka ngobrol tentang cloningan Ismu yang sedang nggak beres itu. Rupanya kasus cloningan yang terkontaminasi virus hasil injeksi ini, nggak cuma sekali ini saja. Udah ada sekitar 50-an kasus, tapi baru 5 yang berhasil dikembalikan normal. Udah gitu kalau stadium kontaminasinya udah tinggi bisa gawat. Seperti cloningan Ismu yang sampai ngamuk. Undang-undang juga nggak ngijinin buat musnahin cloningan, katanya sih sama aja pembunuhan.

“Trus dia sempet ngrusakin benda-benda nggak?” tanya Ahmad.

“Belum sih, soalnya begitu ada tanda-tanda dia nggak beres, aku langsung manggil security Robot PR24, akhirnya dia dikarantina di ruang kaca itu.”

Sepulang dari rumah Ismu, Ahmad termenung. Selama ini dia nggak pernah mikir bahwa program cloning ternyata rumit banget. Emang sih dia pernah punya keinginan buat di cloning. Biar kalau capek ada yang gantiin sekaligus juga buat teman. Dibukanya situs-situs tentang cloning di internet. Dia kaget ternyata 200 tahun yang lampau tepatnya di tahun 2002 cloning ini jadi bahan perdebatan. Sejak Eve (nama bayi yang dikloning) lahir banyak orang bereksperimen nyiptain manusia Cloning. Soalnya Eve ini nggak sempurna, belum nyampai umur 15 dia udah terkena kanker dan akhirnya meninggal dunia. Sekarang Profesor Brown pakar cloning terkemuka telah menciptakan loning bagi separo manusia di muka bumi ini. Dan sekarang telah menghilang.

***

Teringat kejadian cloning Ismu dan pohon beringin di jalan, Ahmad menghubungi Ismu.

“Assalamu’alaikum Is, gimana kabar cloningmu” Tanya ahmad

“Wa’alaikum salam. Wah makin gawat dia tadi hampir aja berhasil memecah kaca,” jawab Ismu

“Iya nih aku juga punya firasat gak enak, tentang cloning ini, tau nggak beringin di jalan udah berubah seperti senjata. Dan kubaca Koran tadi semua clonning manusia udah bikin kerusakan hebat.” Kata Ahmad lagi

“Eh, gimana kalau kita minta tolong omku saja, yang kerja di Hologram Departemen research itu, mungkin dia bias nolong, dia dulu satu jurusan sama Profesor Brown. Katanya sih emang dari dulu professor itu gila.”

Oke deh, jawab Ahmad, kita ketemuan disana, kasih tau koordinat tempat ommu, alhamdulillah nih mobilku dah beres dah bis aterbang.”

Dalam waktu 10 menit akhirnya mereka sampai ditempat Professor Ibnu Shina, omnya Ismu. Ketika datang, Profesor berumur 42 tahun yang memakai sorban dan berkacamata minus itu sedang serius melakukan percobaan di laboratorium riset di rumahnya.

“Memang, aku sudah lama curuga dengan cloningan buatan Brown,” kata Professor Ibnu ketika mereka berdua cerita maksud kedatangan.“Bahkan lebih bahaya lagi, dugaanku kayaknya cloningan Brown ditujukan untuk jadi pasukan perang.” Sambil cerita professor Ibnu sedang melnuangkan larutan-larutan ke dalam tabung kaca.

“Apa om?” Tanya Ismu heran bercampur ngeri.

“Coba lihat sini,” kata Professor Brown sambil menunjukkan gambar monitor besar di laboratorium itu.

“Lihat sel-sel yang saling bunuh itu,” di layar tampak gambar sel yang sudah diperbesar. “Itu yang mempengarui sungsi chip cloning jadi brutal.” Jelasnya. “Sampel ini aku ambil dari kuku dan rambut dan kulit cloning yang ada di kantor, yang berhasil kami tangkap.”

Profesor Ibnu pun bercerita tentang masa kuliah Profesor Brown. Brown muda dikenal sebagai pemud misterius tak punya teman. Brown bisa masuk ke Universitas Universitas swasta elit di negara ini waktu itu berkat kepandainannya memenangkan olimpiade biologi internasional. Sayangnya kampus kejam terhadap mahasiswa miskin dan jelek seperti Brown. Rata-rata penghuni kampus adalah orang-orang kaya dan berpenampilan keren.Badan Brwon yang bungkuk, kakinya yang pincang dan muka penuh jerawat bernanah itu selalu jadi bulan-bulanan. Yang paling menyedihkan adalah ketika gadis-gadis berpandangan jijik ketika melihatnya. Dikalangan mahasiswa angkatannya dia berambisi untuk jadi penguasa dunia. Ketika semua mencemooh ambisinya itu, Brown bertekat membalasnya. Hingga akhirnya saat mata kuliah micro cloning Brown membuat percobaan nyamuk besi. Dan sungguh mengerikan ketika banyak mahasiswa seluruh tubuhnya dipenuhi jerawat bernanah dan berbau busuk. Brwon berdiri di atas podium dan mengumumkan penemuan jahatnya itu, sambil tertawa-tawa seperti orang gila. Brown pun ditangkap dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa di kota itu.

Profesor Ibnu kemudian memandang keduanya dan menghela napas. “Waktu itu, om yang jadi ketua mahasiswa mengevakuasi korban. Akhirnya setelah 3 bulan bisa detemukan penagkalnya oleh Professor Tobias, yang waktu itu jadi dosen micro cloning. Bisa dibayangkan bahanya penemuan Brown. Rupanya penemuan awalnya itu lalu dikembangkan seperti sekarnag ini.” Kata Profesor Ibnu mengakhiri ceritanya tentang Profesor Brown.

Ahmad dan Ismupun saling berpandangan dan ngeri. “Lalu bagaimana om?” tanya Ismu.

“Itulah yang sulit, cloning yang sekarang dibuat amatlah rumit struktur organismenya. Obat penangkalnya sebenarnya hampir bisa kutemukan, tapi masih kurang Mamalia Simian SV40 yang sekarang ada di bungker profesor brwon.”

“Kalau gitu kita ambil aja Prof,”Kata Ahmad

“Nggak semudah itu nak, bungker itu penuh jebakan. Banyak micro nuklir di tanam di sana. Selain itu banyak penjaga hasil cloningan dari hewan-hewan buas.”

Mereka berdua meyakinkan Profesor Ibnu untuk menjalankan misi sulit ini. Misi yang amat bahaya taruhannya adalah nyawa.

“Baiklah,” kata Profesor Ibnu..”Kalian harus punya tim yang amat hebat, karena sepertinya pemerintah tidak mendukung kita, mereka sudah di suap Brown. Ingat ini mission top secret.

***

“KLIK” antara Aku dan Facebook : oleh-oleh bedah buku “bangga menjadi pustakawan”

Tulisan ringan Thursday, 31 December 2015

Oleh: Roh Wahyu Widayati

Salam,

Tiada hari yang tak berarti bagi perjalanan hidup setiap insan manusia. Dan Hari Rabu tanggal 30 Desember 2015 menjadi hari yang memiliki arti bagi diri saya. Pada hari ini begawan kepustakawanan Indonesia Blasius Sudarsono, Kepala Perpustakaan UIN Salatiga Wiji Suwarno, Moh. Mursyid (penulis), para pustakawan, mahasiswa ilmu perpustakaan, tenaga perpustakaan dan pemerhati perpustakaan berkumpul, bersilaturahmi, mengupas tuntas dan berdiskusi mengenai isi buku Bangga Menjadi Pustakawan, karya Agung Nugrohoadhi dkk.

Menjadi berarti bagi saya, karena saya adalah salah satu kontributor dalam buku tersebut. Berarti bagi saya karena ada kesempatan untuk belajar menulis dan karya sederhana saya di dokumentasi menjadi satu buku kolaborasi. Buku yang di dalamnya sarat dengan makna dan harapan-harapan mulia dari seorang pustakawan. Ada cahaya dan titik cerah di sana.(insya Alloh).

Buku Bangga Menjadi Pustakawan lahir atas inisiasi Komunitas Menulis Pustakawan. Komunitas Menulis Pustakawan adalah sebuah grup tertutup dalam media sosial facebook dengan empat orang admin yang kemudian menjadi editor dalam buku ini, yaitu Muh Mursyid, Yuni Nurjanah, Tri Hardiningtyas dan Noorika Retno Widuri. Ingin mengetahui siapa keempat editor ini? Silahkan baca buku Bangga Menjadi Pustakawan.

Muh Mursyid adalah mentor menulis saya, yang saya mengenalnya melalui media sosial facebook. Beliaulah yang memberi support, semangat dan membuka celah-celah dalam pikiran saya bagaimana saya harus menemukan dan mengelola ide tulisan. Insya Alloh beliau bayarannya sangat mahal dan mulia, yaitu amal jariyah, itu yang bisa saya tangkap dari beliau dalam setiap kami berkomunikasi melalui chat di facebook. Mahal karena orang-orang seperti ini semakin langka, beliau membimbing karena termotivasi supaya orang lain menjadi terliterasi, tidak tergiur akan kompensasi material dan kompensasi point-point angka kredit, karena beliau tidak memiliki jabatan fungsional pustakawan.

Buku Bangga Menjadi Pustakawan adalah buku kolaborasi kedua saya dengan beliau setelah buku yang pertama dengan judul Guru Sahabat Anak : inspirasi menjadi guru yang menyenangkan. Tulisan saya dalam buku ini berjudul Menggapai Empat Ranah Kecerdasan Bersama Guru dan Pustakawan . Buku pertama ini juga lahir dari jalinan komunikasi dan silaturahmi dalam media sosial facebook.

Buku Bangga Menjadi Pustakawan

Awal ketika saya mendapatkan informasi akan dibuat buku ini, muncul dalam benak dan pikiran saya, apa yang bisa dan dapat saya banggakan dan dibagikan dalam bentuk tulisan dari profesi pustakawan. Ada pertanyaan dalam diri, apakah saya bangga dengan profesi ini. Dengan chat di facebook saya mencoba menghubungi beberapa teman pustakawan UGM untuk ikut berkontribusi dalam karya ini, dan jawaban mereka hampir sama dengan apa yang ada dalam pikiran saya, bahkan salah satu teman pustakawan menjawab, “Saya belum mempunyai rasa bangga dengan profesi ini”.

Pikiran saya terus mengembara mencari jawab, apa yang bisa saya banggakan dengan profesi pustakawan. Saya bertanya dan berdiskusi dengan beberapa teman. Sebentar saya bercengkerama dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan di sana saya temukan apa arti bangga, bangga berarti besar hati, merasa gagah karena memiliki keunggulan diri. Dengan arti kata dasar bangga dalam kamus ini semakin membuat saya kebingungan akan membuat tulisan seperti apa. Keunggulan apa yang saya miliki sebagai pustakawan ? apakah iya harus saya banggakan ?.

Akhirnya pengembaraan inipun berhenti pada satu muara, saya mencoba untuk menyelesaikan kebingungan ini dengan kembali kepada hakikat penciptaaan diri saya, sehingga saya menemukan bahwa rasa bangga itu diwujudkan sebagai rasa syukur dan upaya untuk menjadi manusia sebagaimana hakikat dan makna diciptakannya manusia. Dari sini saya menemukan jawaban bahwa tak ada satupun profesi yang tujuannya adalah untuk kemaslahatan tidak layak untuk dibanggakan, begitupun profesi pustakawan.

Dari merangkum keseluruhan isi buku Bangga Menjadi Pustakawan, Blasius Sudarsono mengatakan bahwa pustakawan adalah pribadi yang memiliki, melaksanakan dan menghayati kepustakawanan. Dan kepustakawanan dibangun oleh empat pilar, yaitu panggilan hidup, semangat hidup, karya pelayanan dan karya profesional. Empat pilar ini didukung oleh lima daya utama pustakawan, yakni : berpikir, menulis, membaca, wira usaha, dan beretika. Menurut saya apa yang disampaikan Pak Blas ini bisa menjadi visi, pegangan dan pedoman dalam memaknai hakikat dari penciptaan profesi pustakawan.

Selain memaknai dan mencari hakikat penciptaan diri, rasa bangga diwujudkan sebagai bentuk rasa syukur. Noorika Retno Widuri dalam buku Bangga Menjadi Pustakawan menuliskan profesi pustakawan patut untuk disyukuri. Dari profesi ini kita mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang halal. Data BPS tahun 2014 tercatat ada 4,5 juta pengangguran muda di Indonesia atau 62 persen dari total penganggur. Profesi pustakawan jelas bukan ketegori pengangguran. Fakta ini membantu kita untuk melihat ke bawah, bahwa masih banyak orang yang kehidupannya tidak seberuntung para pustakawan.

Facebook Menguatkanku

Salah satu peserta bedah buku, seorang teacher librarian menanyakan kepada narasumber, bagaimana caranya supaya pustakawan dapat menulis, eksis dan percaya diri?. Jawaban singkat narasumber Blasius Sudarsono, “carilah teman yang saling menguatkan”. Nah buku Bangga Menjadi Pustakawan menjadi bukti bahwa di dalam media sosial facebook kita dapat mencari teman dan berjejaring untuk dapat membangun diri dan menghasilkan suatu karya. Facebook bisa memberikan solusi untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi. Facebook menjadi sarana dan media komunikasi yang cukup efisien, hal ini diungkapkan oleh Blasius Sudarsono dalam kata pengantar buku Bangga Menjadi Pustakawan.

Epilog

Memanfaatkan teknologi dengan berjejaring melalui media sosial facebook dapat menjadi langkah yang efektif untuk membangun dan mengembangkan diri. Tak selalu facebook an di tengah-tengah aktivitas kerja menjadi sesuatu yang negatif, tergantung bagaimana kita mengelola dan memanfaatkannya, ibarat sebuah pisau, citra pisau adalah positif, keberadaan pisau sangatlah vital di ruang dapur, akan tetapi manakala pisau digunakan tidak pada tempatnya dan tidak bertanggung jawab dapat mendatangkan bahaya dan kerugian. Begitupun ber- facebook an, citra facebook di sela-sela bekerja adalah negatif. Tentunya memang negatif apabila pemanfaatannya tidak bertanggung jawab, namun manakala facebook digunakan sebagai sarana komunikasi dan berjejaring yang positif, tentunya akan membawa manfaat. Buku Bangga Menjadi Pustakawan membuktikan pada diriku bahwa facebook menjadi sarana komunikasi yang telah meliterasi dan membangun diriku. Semoga berkah. Amin.

Forum Pustakawan Bergembira

Salam,

Roh Wahyu Widayati

Menjadi bangga sebagai pustakawan

Tulisan ringan Thursday, 31 December 2015

Oleh: Desy Natalia Anggorowati

Bedah buku “Bangga Menjadi Pustakawan” diadakan di R. Treatikal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada hari Rabu (30/12), pukul 08.30 – 11.30 WIB. Acara ini dhadiri oleh Blasius Sudarsono seorang pemerhati perpustakaan, Wiji Suwarno, M.Hum (Kepala Perpustakaan IAIN Salatiga dan seorang penulis), serta Moh. Mursyid (Pengurus Kelas Menulis Pustakawan DIY) serta beberapa pengurus Kelas Menulis Pustakawan. Selain itu juga dihadiri oleh para kontributor buku “Bangga Menjadi Pustakawan”, Pustakawan Sekolah/ Perguruan Tinggi, serta para mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dari beberapa daerah.

Acara bedah buku dimoderatori oleh Teguh Prasetyo Utomo, dimulai engan menyampaikan curricullum vitae para narasumber. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan narasumber, adapun narasumber yang pertama adalah Moh. Mursyid. Mursyid menyampaikan garis besar terbentuknya Kelompok Menulis Pustakawan (KMP) dilanjutkan dengan penyampaiaan arti sampul buku “Bangga Menjadi Pustakawan” yang melambangkan kreativitas, di mana seorang pustakawan harus mempunyai personal branding, yang salah satunya dengan menulis. Walaupun kemampuan dalam menulis setiap orang berbeda beda, namun harus digali dan dibiasakan. Nah di sini Kelompok Menulis Pustakawan (KMP) memfasilitasinya. Buku “Bangga menjadi Pustakawan” merupakan buku perdana hasil Kelompok Menulis Pustakawan. Peluang pustakawan dalam menghasilkan tulisan sangatlah terbuka lebar karena di toko-toko buku masih sedikit buku-buku yang membahas tentang perpustakaan.

Narsumber kedua, Wiji Suwarno, M. Hum mengulas bagian besar buku “Bangga Menjadi Pustakawan” ini. Beliau menambahkan seharusnya judul buku tersebut adalah “Harus Bangga Menjadi Pustakawan”. Mengapa? karena selama ini pustakawan minder, adanya pengkotakan pustakawan negeri versus pustakawan swasta, pembedaan pustakawan junior versus senior serta masih sedikitnya jumlah penulis dari unsur pustakawan. Maka di sinilah peluang dan tantanganya. Beliau juga menceritakan pengalamannya sewaktu studi banding di perpustakaan India dan Australia, di mana pustakawan di negara tersebut mempunyai personal branding yang bagus dan eksistensinya diakui karena mempunyai kemampuan mengajar beberapa matakuliah yang berhubungan dengan perpustakaan, diantaranya metode penulisan. Bahkan dosen justru belajar kepada seorang pustakawan. “I am Librarian” seharusnya dapat menghadirkan motivasi, dapat meng-upgrade kemampuan, dapat berinovasi serta komunikatif dan empati. Agar seorang pustakawan membanggakan, maka seharusnya seorang pustakawan terus membangun kepercayaan diri, mengembangkan kompetensinya, menulis untuk berbagi pengetahuan, berkolaborasi dengan profesi lain, menjadi anggota profesi, serta harus SMART (Success, Memorable, Active, Responsive, Tengible). Beliau menutup pemaparannya dengan ekspektasi semoga buku ini menginspirasi pustakawan yang lain untuk beride dan terbangun self estem-nya.

Selanjutnya pemaparan narasumber ketiga adalah Bapak Blasius Sudarsono yang juga penulis kata pengantar pada buku ini. Beliau mengawali pemaparannya dengan menyampaikan pertanyaan, “Siapa sebenarnya pustakawan itu, dari mana dan akan kemana arah perjalanannya?” Dengan memahami jawaban pertanyaan tersebut sorang pustakawan akan dapat melakukan tugasnya dengan sepenuh hati. Beliau berharap berbagai buku berisi pendapat pribadi dari pustakawan lain dapat menyusul, dan sayang jika pendapat pribadi itu hanya tertulis di blog atau hanya tertulis di media sosial lainnya. .

Demikian sedikit tulisan dari yang masih belajar ini, semoga bermanfaat  dan semoga tetap ingin berkembang terus…dan menjadi bermanfaat. Amin. (Desy)

1…910111213
Universitas Gadjah Mada

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada

Bulaksumur, Kotak POS 16, Yogyakarta, 55281
  Telepon: (0274) 513163
  Faks. (0274) 513163
  E-mail: library@ugm.ac.id
  Whatsapp: 0811 2944 064

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY